Samarinda, infosatu.co – Wakil Ketua DPRD Samarinda Subandi menanggapi kenaikan Upah Minimum Kota (UMK) Samarinda Tahun 2022 yang tidak sampai 1 persen.
Menurutnya, selama kurang lebih dua tahun ini semua sektor terdampak pandemi Covid-19. Jadi tentunya dengan UMK Samarinda yang berkisar Rp 3,1 juta itu dirasa sudah proporsional.
“Dengan situasi seperti itu, itu sudah proporsional,” ungkapnya saat ditemui media ini di ruang kerjanya Kantor DPRD Samarinda beberapa waktu lalu.
Jika bicara soal ideal kebutuhan hidup layak, Subandi mencotohkan antara Samarinda dan Kota Surabaya dengan nilai UMK sekitar Rp 4 juta.
“Setelah kita pelajari dan bandingkan, Samarinda dan Surabaya itu mirip-mirip saja kebutuhan hidupnya. Kalau bicara ideal untuk Kota Samarinda, sebenarnya Rp 3,5 juta. Tapi melihat situasi dan kondisi saat ini, saya secara pribadi menilai jika angka Rp 3 juta sudah proporsional lah,” katanya.
Pendapat itu diutarakan Subandi karena banyak pengusaha yang mengeluhkan beratnya ongkos biaya operasional selama pandemi Covid-19 dan kurangnya penjualan.
“Mereka terdampak sekali karena omsetnya menurun, sementara beban operasional tetap. Menurut saya pas dan setuju saja diangka itu. Tapi seiring waktu, jika perekonomian sudah membaik, harapan kita kenaikan itu menyesuaikan jika pandemi Covid-19 tidak ada, sektor industri dan semuanya berjalan normal kembali,” tegasnya.
Politikus PKS itu berharap agar para pekerja di Samarinda bisa memahami situasi saat ini. Tentunya bukan dalam rangka membela pengusaha ia berkata demikian.
“Kan kita juga harus fair melihat kondisi sekarang ini, jadi semoga para pekerja secara umumnya bisa memahami situasi pandemi saat ini,” paparnya.
Di tempat berbeda, Wali Kota Samarinda Andi Harun menerangkan bahwa pihaknya masih akan memeriksa kenaikan UMK Samarinda yang tidak sampai 1 persen itu.
“Nanti, kami akan cek,” jawabnya singkat. (editor: irfan)
