Samarinda, infosatu.co – Di RT 20 Jalan Mangkupalas, Kelurahan Masjid, Samarinda Seberang, ketupat bukan sekadar hidangan khas Lebaran, tetapi juga menjadi sumber mata pencaharian bagi warga setempat.
Jumilah, salah satu warga, telah meneruskan tradisi menganyam ketupat sejak lama.
Bagi dirinya, membuat ketupat bukan hanya untuk kebutuhan Lebaran, tetapi juga untuk memenuhi permintaan pelanggan yang selalu menantikan hasil karyanya.
“Buat dan jual ketupat sudah lama. Sudah mulai nenek,” ujar Jumilah.
Di lingkungan ini, hampir setiap rumah memproduksi ketupat. Pemandangan khas terlihat dari ketupat-ketupat yang digantung di depan rumah serta daun kelapa yang dijemur di pinggir jalan.
Ada yang menjual langsung kepada pembeli, sementara sebagian lainnya menyerahkan hasil anyamannya kepada pedagang di pasar untuk dijual kembali.
“Pelanggan tetap saya ada sekitar lima puluh sampai enam puluh orang. Mereka biasanya ngambil sampai seratus ketupat,” kata Bu Jumilah pada Selasa, 25 Maret 2025.
Harga ketupat yang dijualnya berkisar antara seribu hingga dua ribu rupiah per buah, tergantung ukurannya.
Ketupat biasanya dijual dalam bentuk ikatan, dan penjualannya meningkat pesat menjelang Lebaran karena tingginya permintaan.
Untuk menjaga kelestarian tradisi ini, Ketua RT setempat secara rutin mengadakan pelatihan membuat ketupat bagi warga dan pendatang yang ingin belajar.
Di tangan para perajin seperti Ibu Jumilah, ketupat bukan hanya sekadar anyaman daun kelapa, tetapi juga menjadi simbol warisan budaya yang terus dijaga dan diwariskan dari generasi ke generasi.