
Samarinda, infosatu.co – Ketua Komisi III DPRD Kota Samarinda Angkasa Jaya Djoerani mengungkapkan keraguan terhadap status Kota Samarinda sebagai kota layak huni. Meskipun berhasil mengalahkan Balikpapan dalam penilaian Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Indonesia untuk periode 2022,
Angkasa Jaya Djoerani menyoroti beberapa permasalahan yang masih dihadapi oleh kota ini. Salah satu permasalahan yang mencuat adalah banjir yang selalu meresahkan warga.
“Banjir masih kerap terjadi di berbagai wilayah Kota Samarinda, sehingga menyulitkan kehidupan masyarakat. Kok bisa dikatakan kota layak huni,” ungkap politikus PDIP itu saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (15/6/2023).
Lebih lanjut menurutnya, masalah sosial seperti premanisme juga masih menjadi perhatian serius.
“Seperti pencurian, premanisme dan masalah sosial lainnya masih banyak,” ujarnya.
Sementara angka kemiskinan ekstrem mencapai 6.973 jiwa di kategori miskin ekstrem. Data Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) menjelaskan jumlah masyarakat miskin ekstrem di Kota Tepian adalah 9.032 jiwa yang dari 1.600 KK.
Dari hasil verifikasi dan validasi data P3KE itu, maka data yang diperoleh oleh Dinsos PM bersama Diskominfo Kota Samarinda dari 9.032 jiwa menjadi 6.973 jiwa dan 1.456 kepala keluarga pada kategori miskin ekstrem.
Angkasa Jaya Djoerani pun mempertanyakan indikator yang digunakan untuk menilai Kota Samarinda sebagai kota layak huni. Dalam pandangannya, dengan kondisi yang masih dilanda banjir, kemacetan, banyaknya kasus premanisme, dan tingginya tingkat kemiskinan, sulit memahami bagaimana Kota Samarinda bisa disebut sebagai kota layak huni.
Lebih lanjut, Angkasa Jaya Djoerani berharap agar lembaga IAP Indonesia dapat merasakan sendiri kehidupan di Kota Samarinda. Menurutnya, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
“Nah itu dia, indikatornya apa. Sebaiknya, lembaga itu (IAP Indonesia) bisa hidup di sini beberapa minggu biar merasakan langsung,” terangnya.
Namun, Wali Kota Samarinda Andi Harun merasa bangga dengan pencapaian Kota Samarinda dalam penilaian IAP Indonesia. Dia menyatakan bahwa ini adalah kali pertama Kota Samarinda masuk dalam daftar kota paling layak huni dengan skor yang lebih tinggi daripada Balikpapan setelah puluhan tahun.
Keberhasilan Kota Samarinda masuk ke dalam daftar kota paling layak huni memiliki dampak positif dalam menarik minat para investor sebagai mitra pembangunan daerah. Keadaan yang kondusif dan status sebagai kota yang layak huni dapat menjadi daya tarik bagi investor.
Meskipun meraih prestasi ini, Kota Samarinda masih dihadapkan pada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah masalah kekerasan terhadap perempuan dan anak. Penilaian IAP Indonesia melibatkan berbagai aspek, termasuk ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Survei ini dilakukan dengan melibatkan masyarakat dan pertanyaan yang sangat detail.
Dalam survei sebelumnya pada tahun 2017, skor Kota Samarinda dalam kategori layak huni adalah 56,9, sedangkan Balikpapan berada pada angka 65,8.
Beberapa kebijakan yang diterapkan oleh Andi Harun, seperti penataan taman bermain, kebersihan, pengaturan lalu lintas, penataan ruang dan penataan wilayah, menjadi faktor penting dalam peningkatan skor kota ini.
“Andi Harun berharap agar perbaikan terus dilakukan, terutama dalam hal infrastruktur jalan dan drainase. Dengan predikat sebagai kota paling layak huni,”terangnya.
“Samarinda diyakini akan menarik perhatian dunia dan meningkatkan daya tarik bagi investor. Sebagai kota penyangga kawasan industri Kaltim-Kaltara (IKN), hal ini akan berdampak positif pada perekonomian masyarakatnya,” ungkap Andi Harun.
Dalam daftar kota paling layak huni IAP, Samarinda meraih skor 72 berdasarkan penilaian dalam lima kategori, yaitu fasilitas peribadatan, penyediaan air bersih, fasilitas pendidikan, jaringan telekomunikasi, dan fasilitas kesehatan.
Andi Harun menekankan bahwa skor tersebut menempatkan Samarinda dalam golongan tertinggi dalam daftar kota paling layak huni tahun 2022. IAP Indonesia mengelompokkan penilaian ke dalam tiga kategori, dimana skor antara 72-77 menunjukkan kota yang berada di atas rata-rata, skor antara 69-71 menandakan kota dengan tingkat layak huni rata-rata,
Sementara skor di bawah itu menunjukkan kategori di bawah rata-rata. Survei yang dilakukan oleh IAP Indonesia yang dikenal sebagai Indonesia Most Liveable City (IMLC), menunjukkan bahwa Samarinda meraih skor yang lebih tinggi daripada Balikpapan. Rilis survei ini keluar pada April 2023.