infosatu.co
Artikel

Berjuta Cerita di Benua Etam, Wartawan Sunda Pamit untuk Jeda

Teks: CEO MSI Group Mohammad Sukri

Samarinda, infosatu.co – Kota Samarinda di Provinsi Kalimantan Timur dengan segala pesonanya layaknya kanvas kosong yang dipenuhi dipenuhi goresan warna dari delapan santri sarjana Pesantren Khalifa.

Masing-masing dari mereka menorehkan perjalanan yang tidak hanya melibatkan waktu. Namun, juga makna yang abadi, seakan mewarnai setiap sudut kota dengan jejak cerita yang tak terlupakan.

Intan, salah satu santri yang menjadikan Samarinda sebagai tanah pengasahan dirinya. Ia menyadari bahwa setiap langkah adalah pengalaman luar biasa.

Dalam perjalanan yang hampir satu tahun bersama MSI Group, ia merasa seperti seorang seniman yang terus menciptakan karya, melibatkan pena untuk terus berkarya.

“To be honest (jujur saja) bersama dengan MSI Group dan dibersamai oleh Pak Sukri memberikan saya banyak pengalaman baru,” katanya. Ia menggambarkan perjalanan yang terus melaju seperti anak panah yang melesat dari busurnya.

Namun, perjalanan ini bukan tanpa tantangan. Dalam dunia jurnalistik, mereka seperti perahu kecil yang melawan arus deras. Kadang terombang-ambing, tetapi tak pernah karam.

Intan, dengan segala kerendahan hatinya, menyampaikan permohonan maaf jika selama setahun terakhir ada hal yang belum sempurna. “Mohon maaf dan terima kasih untuk semuanya,” ujarnya.

Meski durasi tugas mereka bervariasi, keberagaman ini justru memperkaya perjalanan mereka. Seperti potongan puzzle yang masing-masing memiliki keunikannya, kebersamaan mereka menyatu dalam harmoni yang mempesona.

“Kami mungkin berbeda durasi, tapi itulah yang membuat kebersamaan ini terasa utuh,” katanya.

Pada detik-detik menjelang kepulangan, mereka berkumpul untuk menyantap hidangan sederhana di Grill Me, yang menjadi simbol pertemuan akhir mereka.

Namun, kehangatan itu bukan berasal dari bara api yang memanggang daging. Namun, dari tawa yang mengalir, dari cerita yang dibagikan, dan dari rasa syukur yang tak tergantikan. “Ada yang hangat, tapi bukan grill me,” tambahnya.

Tukar kado menjadi sentuhan terakhir dalam perjalanan ini, seperti simbol dari harapan yang terus bersinar. Masing-masing santri memberikan hadiah sederhana, namun penuh makna.

“Kado ini adalah pengingat bahwa kita selalu saling mendukung, di mana pun kita berada,” ujar Alfi salah satu wartawan MSI Group.

Namun, kisah ini bukanlah titik akhir. Mereka berjanji untuk kembali, seperti kembali ke titik awal, untuk melanjutkan apa yang telah mereka mulai. “Ini hanya jeda, bukan titik. Samarinda akan selalu menjadi rumah kedua kami,” tambahnya.

Kehadiran CEO MSI Group Mohammad Sukri layaknya mentari yang menerangi langkah mereka. Ia menyampaikan pesan terakhir yang menggugah. “Teruslah semangat, teruslah belajar,” ujar Sukri.

Sebuah harapan tertanam dalam jiwa mereka untuk terus menjadi pelita di manapun berada. Kehadiran mereka diharapkan dapat menyinari jalan kehidupan yang tak terduga.

Kini, mereka kembali ke Bandung, bukan untuk mengakhiri, melainkan untuk “mencharge semangat” seperti yang mereka katakan.

Related posts

Pendidikan Gratis atau Makan Gratis?

Apakah Madura Bisa Jadi Provinsi Baru?

Dewi

Kisahku, 439 Hari Jadi Wartawan di Benua Etam

Adi Rizki Ramadhan

Leave a Comment

You cannot copy content of this page