Samarinda, Infosatu.co – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menargetkan penurunan prevalensi stunting di akhir 2023 berada di angka 18,9 persen dari prevalensi stunting sebelumnya yang berada di angka 22,8 persen.
Dalam upaya penurunan stunting, Pemerintah Provinsi Kaltim mengalokasikan anggaran sebesar Rp3,7 miliar.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim Jaya Mualimin mengatakan pihaknya saat ini sedang melakukan upaya percepatan penyerapan anggaran melalui berbagai bidang kegiatan yang berkaitan dengan upaya penanganan stunting.
Adapun bidang kegiatan penanganan stunting yang dilakukan yaitu bidang kesehatan masyarakat, kesehatan ibu dan anak.
“Jadi bukan hanya terkait pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil yang mengalami kekurangan energi atau kalori saja, tetapi juga untuk kegiatan seperti vaksinasi pada anak yang harus di atas 95 persen untuk dipertahankan,” tutur Jaya Mualimin.
Selain itu, pihaknya juga menjamin ketersediaan tablet tambah darah untuk para remaja putri dan ibu hamil dan masih banyak item kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat.
Dikatakan, dalam upaya percepatan penanganan stunting, Pemerintah Provinsi Kaltim telah membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dengan Keputusan Gubernur Kaltim Nomor 463/K.159/2022 tentang Pembentukan Tim Percepatan Penurunan Stunting, tanggal 14 Maret 2022.
Pihaknya akan melakukan survei kembali terkait dengan keadaan angka stunting di Provinsi Kaltim dengan memperkuat metode akurasi pengukuran kasus stunting yaitu data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) serta Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dikerjakan bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta Badan Pusat Statistik (BPS).
“Metodenya hampir sama, cuma diperkuat dan dikembangkan dengan beberapa blok sample yang diambil berdasarkan by name by aderess,” ujarnya.
Menurutnya, motode tersebut akan menjadi pembanding, walaupun sudah ada pembanding yang digunakan sebelumnya.
“Setiap bulan itu ada namanya bulan timbangan. Ada 302.000 bayi sasaran dan sudah dilakukan pencatatan timbangan. Ternyata ada 45 persen dari jumlah tersebut angka stuntingnya 14 persen. Ini hanya mewakili. Belum seluruhnya,” imbuhnya.
“Dari jumlah tersebut menandakan bahwa kita juga optimis dalam upaya penanganan stunting di Kalimantan Timur,” tandasnya.