
Samarinda, infosatu.co – Longsor di sisi kanan inlet Terowongan Samarinda tepat di Jalan Sultan Alimuddin, menuai perhatian dari Anggota Komisi III DPRD Samarinda, Abdul Rohim.
Ia menilai peristiwa ini bukan sekadar kejadian teknis biasa, melainkan indikasi adanya kelemahan mendasar dalam struktur dan pengawasan proyek.
Menurut Abdul Rohim, longsor pada proyek sebesar ini menunjukkan adanya potensi kelalaian dalam perencanaan dan pelaksanaan.
Ia menyayangkan bagaimana proyek yang dibanggakan sebagai ikon infrastruktur kota ternyata tidak mampu bertahan menghadapi cuaca ekstrem.
“Terowongan ini dibangun dengan dana besar dan harapan tinggi. Seharusnya, kualitas strukturnya dapat menjamin keamanan jangka panjang. Tapi faktanya, ada kerusakan serius yang muncul terlalu cepat,” tegasnya.
Ia menyebut bahwa Komisi III DPRD Samarinda telah mengagendakan pemanggilan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) untuk meminta penjelasan rinci soal penyebab longsor, penanganan darurat, dan langkah pemulihan yang akan dilakukan.
Tak hanya itu, Rohim juga mendorong dilakukannya audit teknis menyeluruh terhadap proyek terowongan, mencakup perencanaan awal, tahapan pengerjaan, hingga pengawasan di lapangan.
Baginya, audit tersebut penting untuk menjawab keraguan publik sekaligus mencegah insiden serupa di masa mendatang.
“Ini bukan hanya masalah teknis, tapi soal kepercayaan publik terhadap proyek-proyek strategis. Harus ada transparansi,” katanya.
Ia berharap evaluasi ini tidak hanya menjadi respons sesaat, tetapi menjadi titik awal peningkatan kualitas pengawasan proyek di Samarinda.