
Samarinda, infosatu.co – Wakil Ketua Komisi II DPRD Kalimantan Timur (Kaltim) Sapto Setyo Pramono, menyoroti potensi besar alur 0 hingga 12 mil sungai mahakam sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Alasannya, potensi PAD dari alur tersebut selama ini belum dimanfaatkan optimal oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim.
Pernyataan ini disampaikannya usai mengikuti rapat monitoring penanganan ormas di Kantor Gubernur Kaltim, Minggu, 11 Mei 2025.
Menurut Sapto, selama ini PAD Kaltim masih bergantung pada sektor pertambangan, terutama batu bara.
Ketergantungan yang tinggi terhadap pasar ekspor, seperti Tiongkok dan India, menjadikan pendapatan daerah rentan terhadap dinamika geopolitik global.
“Kalau kondisi geopolitik membaik, pasti pendapatan naik. Tapi kalau lesu, ya kita ikut lesu. Makanya harus ada sumber baru, dan alur sungai serta laut ini salah satu yang paling menjanjikan,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa terdapat perbedaan antara hak pengelolaan dan hak pemanfaatan atas alur sungai mahakam, namun, hanya bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan PAD jika ditangani secara profesional.
“Jadi pengelolaan dan pemanfaatan alur segmen 0–12 mil sungai Mahakam potensial untuk jadi sumber PAD baru. Sayangnya belum dimaksimalkan,” ungkap Sapto.
Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa dasar hukum untuk memungut retribusi di sektor tersebut telah tersedia melalui berbagai peraturan daerah.
Artinya, tidak ada kendala regulatif untuk mulai menata sektor ini sebagai ladang baru pendapatan daerah.
“Kalau sudah ada perdanya, ya bisa dilakukan pungutan resmi. Tinggal bagaimana Pemprov serius menata dan menjalankan itu secara profesional,” tambahnya.
Sapto juga menyoroti penggunaan alur sungai oleh banyak perusahaan tambang dan logistik yang menurutnya belum memberikan kontribusi optimal ke kas daerah.
Ia menyarankan agar ada kerja sama yang kuat dengan BUMD atau pihak ketiga untuk mengelola secara terukur dan tidak membebani pelaku usaha secara berlebihan.
“Perusahaan-perusahaan yang angkut hasil tambang lewat sungai, itu banyak. Tapi belum optimal kontribusinya. Harus ditata. Bukan mempersulit, tapi biar adil dan ada nilai tambah untuk daerah,” tegasnya.
Ia menyebut potensi ekonomi Kaltim sangat luas, mencakup sektor transportasi air, perikanan, wisata bahari, hingga jasa pelabuhan.
Semua itu, lanjutnya, bisa digarap sebagai strategi diversifikasi PAD yang berkelanjutan.
“Kita punya sungai besar, punya juga laut. Kalau semua itu digarap dengan tata kelola yang baik, bukan mustahil PAD kita bisa naik tanpa harus bergantung penuh pada tambang,” ucap Sapto.
Menutup keterangannya, Sapto menegaskan bahwa tantangan terbesar bukan pada kurangnya potensi, tetapi keberanian dan keseriusan pemerintah dalam bertindak nyata.
“Yang penting sekarang ini adalah keberanian dan keseriusan. Kalau cuma wacana terus, ya percuma. Kita harus mulai bergerak konkret,” pungkasnya.