Samarinda, infosatu.co – Pemerintah Indonesia dipastikan akan merespons kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat dengan strategi yang matang.
Hal ini ditegaskan oleh Staf Khusus Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Irfan Asy’ari Sudirman Wahid atau yang akrab disapa Gus Ipang, dalam forum Silaturahmi Media dan Sharing Session yang berlangsung di Odah Etam, Kantor Gubernur Kalimantan Timur, pada Senin, 7 April 2025.
Pernyataan ini menyikapi situasi terkini terkait kenaikan tarif dari AS dan tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
“Kalau saya melihat, karena BI sendiri baru buka besok (8 April) ya, kita masih belum tahu market seperti apa. Tapi pemerintah kemarin sudah mengeluarkan rilis dari Kemenko Perekonomian bahwa memang akan dilakukan langkah-langkah yang strategis,” ujarnya.
Gus Ipang yang juga menjabat sebagai Komisaris PT Angkasa Pura Indonesia menekankan bahwa pemerintah akan bersikap bijak dan tidak terburu-buru dalam merespons kondisi global yang sedang berkembang.
“Sudah pasti kita akan melakukan pendekatan melalui lobi kepada pemerintah Amerika. Kita cari titik temu yang paling pas,” ucapnya.
Ia juga menjelaskan bahwa kebijakan tarif resiprokal sebesar 32 persen yang diterapkan oleh Amerika Serikat belum tentu secara otomatis berdampak penuh terhadap harga jual barang di tingkat konsumen.
Sebab, menurutnya, masih terdapat komponen biaya lain seperti logistik dan pemasaran yang turut menentukan harga akhir.
Karena itu, diperkirakan dampak harga secara keseluruhan mungkin hanya berada pada kisaran 8 sampai 10 persen.
Gus Ipang turut menyoroti ketidakjelasan mengenai siapa pihak yang nantinya akan menanggung selisih tarif tersebut—apakah konsumen di Amerika, pelaku usaha setempat, atau eksportir dari Indonesia.
Ia menyebut hal ini masih menjadi perhatian dan evaluasi pemerintah.
Terkait fluktuasi nilai tukar rupiah yang sempat menembus Rp17.000 per dolar AS, ia menilai bahwa situasi pasar saat ini masih terlalu dini untuk diambil kesimpulan pasti.
Gus Ipang menyebut semua pihak tengah menunggu arah kebijakan dan reaksi pasar setelah Bank Indonesia kembali beroperasi.
Pernyataan ini menunjukkan sikap kehati-hatian pemerintah dalam menghadapi tantangan ekonomi global, dengan tetap mengedepankan pendekatan yang rasional dan berbasis diplomasi.