Samarinda, infosatu.co – Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda tengah mempersiapkan diri untuk menerima hibah Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang terletak di belakang Pasar Segiri.
Kawasan ini dibangun dengan dana hibah sebesar Rp5,5 miliar dari lembaga internasional dan kini memasuki tahap penyempurnaan akhir.
Dirancang sebagai ruang publik yang adaptif terhadap perubahan iklim, RTH ini menyediakan fasilitas ramah lingkungan serta ruang interaksi sosial yang menyatu dengan lingkungan.
Peninjauan langsung ke lokasi dilakukan pada Selasa, 22 April 2025, oleh perwakilan Pemkot Samarinda.
Hadir dalam kegiatan ini antara lain Asisten II Sekda, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Kepala Bagian Kerjasama, Hukum, dan Organisasi, Camat Samarinda Ulu, Lurah Sidodadi, serta tim dari CECUR.
Tujuannya adalah memastikan kesiapan kawasan sebelum diserahterimakan secara resmi dari pihak pemberi hibah kepada pemerintah kota.
Berlokasi di bantaran Sungai Karang Mumus, RTH ini dilengkapi beragam fasilitas seperti panel surya, turbin angin, kolam mini, taman bermain anak, ruang baca terbuka, dan tiga titik usaha UMKM.
Seluruh rancangan kawasan mengusung konsep keberlanjutan serta partisipasi masyarakat.
“Nanti akan kita bentuk kelompok masyarakat atau pokmas. Konsepnya mirip Teras Samarinda. Pemerintah ambil alih dulu pengelolaan awal, lalu kita libatkan warga sekitar agar fasilitas ini bisa hidup,” ungkap Marnabas Patiroy, Asisten II Sekretariat Daerah Samarinda.
Ia menambahkan bahwa keberadaan taman bermain dan ruang baca merupakan bagian dari inisiatif pemerintah untuk mendorong literasi dan menyediakan ruang aman bagi anak-anak dan remaja.
“Kita ini tingkat minat bacanya rendah. Jadi kehadiran tempat seperti ini harus dioptimalkan. Misalnya, yang baca dua lembar buku dikasih kopi gratis. Sambil baca, sambil ngopi, sambil menikmati pemandangan Sungai Karang Mumus,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala DLH Samarinda, Endang Liansyah, memastikan bahwa meskipun pengelolaan nantinya akan dilakukan oleh masyarakat, pihaknya tetap akan berperan dalam pengawasan dan perawatan kawasan.
“Kita ikut kawal sampai akhir. DLH tetap bertugas memantau taman, tanaman, dan sarana lainnya. Setelah serah terima pun, kami tetap akan bantu perawatan,” jelas Endang.
Endang juga menyoroti beberapa hal teknis yang masih perlu perbaikan, seperti pagar yang belum cukup tinggi, fasilitas yang mulai memudar warnanya dan perlu dicat ulang, serta penyambungan air PDAM ke toilet.
Rencana pengelolaan kawasan ini akan disesuaikan dengan kondisi sekitar, mengingat lokasinya yang berada dekat pasar.
Pemerintah mempertimbangkan penyesuaian zona UMKM agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pelaku usaha setempat.
Di sisi lain, Pemkot Samarinda juga menyatakan kesiapan untuk menambah item yang tidak tercakup dalam RAB hibah, seperti pemasangan Penerangan Jalan Umum (PJU) dan penambahan pagar keamanan sebagai bentuk komitmen menjaga aset publik.
“Kalau ada yang belum tertangani dari mereka, kita yang masuk. Jangan semua diserahkan ke pemberi bantuan juga,” tambah Marnabas.
Secara umum, Pemkot Samarinda melihat potensi besar dari keberadaan RTH ini sebagai wajah baru kota yang lebih ramah lingkungan dan responsif terhadap kebutuhan ruang publik masyarakat.
Dengan desain terbuka dan sentuhan estetika modern, kawasan ini diproyeksikan menarik minat kalangan muda.
“Anak-anak muda sekarang sukanya outdoor. Kita sediakan taman, ruang baca, tempat main, dan UMKM, semua berbasis ruang terbuka. Ini cara kita manjakan generasi Z,” tegas Marnabas.
RTH ini menjadi bagian dari program pembangunan berkelanjutan Pemkot Samarinda yang terus menambah jumlah taman aktif di berbagai wilayah.
Berdasarkan data dari DLH, saat ini sudah terdapat lebih dari 40 titik RTH di kota, dengan target peningkatan ruang hijau hingga 30 persen dari total luas wilayah pada tahun 2026.