Di musim haji tahun ini terdapat lebih dari 1,84 juta peziarah yang berpartisipasi. Maka total ada lebih dari 100 juta kerikil yang digunakan dalam ritual tersebut. Lantas ke mana perginya semua kerikil ini setelah ritual selesai?
Lempar Jumrah Mulai Hari Raya Kurban
Karena lembah Mina dan jamarat kembali kosong setelah haji, jawaban atas pertanyaan terletak pada pengaturan yang cermat dan ilmiah yang Pemerintah Saudi lakukan.
Ritual lempar jumrah mulai pada Hari Raya Kurban, 10 Dzulhijjah, saat jamaah melempar kerikil ke salah satu pilar, Jamarat Al Aqaba. Selama dua atau tiga hari berikutnya, yang terkenal sebagai Ayyam Al Tashreeq, mereka melempar tujuh batu ke masing-masing dari tiga pilar.
Tiga itu ialah Jamarat Al Sugra (pilar kecil), Jamarat Al Wusta (pilar sedang), dan Jamarat Al Aqaba (pilar terbesar). Setiap peziarah menggunakan total 49 kerikil jika mereka melakukan ritual selama tiga hari, dan 70 kerikil jika mereka tinggal selama empat hari.
Asosiasi Amal Hadiah Haji dan Mu’tamer
Melansir Gulf News, Selasa (4/7/2023), setelah ritual selesai, kerikil yang terlemparkan ke tiga pilar itu jatuh vertikal ke bawah dan mengendap di ruang bawah tanah fasilitas Jamarat, yang memiliki kedalaman hingga 15 meter.
Dengan menggunakan perangkat conveyor belt, batu-batu kerikil itu terkumpulkan. Kerikil ini menjalani proses penyaringan dan tersemprot dengan air untuk menghilangkan debu dan kotoran.
Asosiasi Amal Hadiah Haji & Mu’tamer yang berbasis di Makkah. Bekerja sama dengan Perusahaan Kedana, memainkan peran penting dalam melayani para peziarah.
Tahun lalu, organisasi tersebut memasok lebih dari 80 ribu kantong batu kerikil. Untuk pelemparan batu dan mendistribusikannya di lebih dari 300 titik kontak jamaah di Muzdalifah. Selain fasilitas Jembatan Jamarat di Mina.