Kampung Long Beliu di Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur (Kaltim) mengambil langkah strategis dalam memaksimalkan potensi rotan sebagai komoditas unggulan.
Dengan memanfaatkan insentif dari skema Forest Carbon Partnership Facility-Carbon Fund (FCPF-CF), masyarakat mulai mengembangkan ekowisata berbasis rotan, mengintegrasikan konservasi hutan dengan peningkatan kesejahteraan.
Sebagai penghasil rotan terbesar kedua di Indonesia setelah Kalimantan Tengah (Kalteng), Kaltim selama ini lebih banyak mengekspor rotan mentah dengan harga rendah tanpa nilai tambah.
Kampung Long Beliu berusaha mengubah pola tersebut dengan mengolah rotan secara lokal dan mengembangkan produk turunannya.
Langkah ini bukan hanya memberikan nilai ekonomi lebih tinggi bagi masyarakat, tetapi juga menjadi strategi menjaga hutan, mengingat rotan hanya tumbuh dengan baik di kawasan yang memiliki tegakan pohon alami.
Pemerintah Kampung Long Beliu bekerja sama dengan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan Yayasan Pilar Indonesia, serta didukung oleh pemerintah daerah melalui Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Berau Barat, menghadirkan pengalaman wisata berbasis rotan yang unik.
Wisatawan yang datang dapat menikmati susur sungai dengan ketinting, mengunjungi rumah produksi anyaman rotan, mencoba langsung proses menganyam, hingga menjelajahi hutan dan menikmati kuliner khas suku Dayak Gaai dan Kenyah.
Manajer Senior Program Terestrial YKAN Niel Makinuddin mengatakan keberlanjutan rotan berperan penting dalam menjaga ekosistem hutan.
“Sebab rotan bisa tumbuh dan memiliki kualitas baik jika ada tegakan pohon sebagai tempat merambat. Dengan demikian, masyarakat secara tidak langsung akan semakin bertanggung jawab menjaga pepohonan di hutan tempat merambatnya rotan yang mereka budayakan tersebut,”ucapnya melalui akun Instagram resmi YKAN_id.
Indonesia memiliki 622 spesies rotan yang tersebar di berbagai wilayah, dengan Kalimantan sebagai habitat utama bagi 132 spesies di antaranya. Tidak hanya dimanfaatkan sebagai bahan baku kerajinan, hampir seluruh bagian tanaman rotan memiliki kegunaan.
Pucuk batang mudanya bisa diolah menjadi makanan, daunnya digunakan sebagai pembungkus makanan tradisional dan bahan kertas ramah lingkungan, sementara buahnya dapat dijadikan pewarna alami serta bahan herbal. Di beberapa daerah, akar rotan bahkan digunakan sebagai obat tradisional untuk patah tulang dan perawatan pascamelahirkan.
Melalui ekowisata berbasis rotan ini, Kampung Long Beliu bukan hanya menciptakan peluang ekonomi baru, tetapi juga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga hutan sebagai ekosistem penyangga kehidupan.
Dengan semakin banyaknya masyarakat yang berperan aktif dalam pemanfaatan rotan secara berkelanjutan diharapkan industri rotan Indonesia tidak lagi hanya bergantung pada ekspor bahan mentah, melainkan mampu menciptakan produk berkualitas tinggi yang memiliki daya saing global.