Samarinda, infosatu.co – Mantan Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang dibuat marah atas tindakan wartawan senior Edy Mulyadi yang menyatakan bahwa Kalimantan merupakan tempat jin buang anak dan hanya dihuni para monyet.

Awalnya, Jaang sapaan akrabnya, mengira video viral Edy Mulyadi yang menjelek-jelekkan Kalimantan itu hanya hoax dan editan saja.
“Pertamanya aku nggak percaya kira hoax hanya buatan, ternyata orang ini mempersiapkan diri dengan baik sengaja memancing suasana,” ucapnya usai melakukan orasi di depan Mako Polresta Samarinda Jalan Slamet Riyadi, Senin (24/1/2022).

Pria kelahiran 1964 ini bisa dikatakan sebagai sosok kepala daerah yang jarang marah dan dikenal sabar. Namun, sosok Edy Mulyadi mampu membuat dirinya naik pitam.
“Edy ini sangat luar biasa, dia orang pertama yang bisa memancing amarah saya. Jujur, saya orang yang tidak pernah marah. Tapi karena ini menyangkut anak cucu, jadi saya ingin bela masyarakat,” jelasnya.
Penghinaan Edy Mulyadi terhadap warga Kalimantan dianggap Jaang tidak main-main dan bukan sekedar lelucon. Sebab, yang membuat pernyataan ini merupakan orang pintar.
“Ini tidak main-main, Edy ini orang pintar bukan orang bodoh. Kalau anak bermain-main oke saja, dia ini mancing masalah. Jadi daripada rakyatku bermasalah, aku yang akan pimpin gerakan ini,” tegasnya.
Edy Mulyadi kata Jaang, tidak tahu bahwa di Kalimantan ini terdapat banyak orang pintar. Tidak hanya itu, bahkan orang nekat pun banyak.
“Kalau yang lain tidak bergerak, aku yang bergerak. Saya katakan secara terbuka akan pimpin gerakan ini, karena menyangkut harga diri. Ini serius aku kasih tau, kalau ada apa-apa di lapangan panggil aku,” ujarnya.
Ketua Umum Persekutuan Dayak Kalimantan Timur (PDKT) itu benar-benar serius menyikapi pernyataan Edy Mulyadi, bahkan ia menyiapkan laporan yang akan dikirim ke Polri dan Polda Kaltim untuk memproses serta menahan Edy Mulyadi.
“Kalau perlu, diproses secara hukum adat dan dirajam. Jika polisi tidak ambil dia, kita yang ambil dia. Saya tidak akan biarkan Edy, saya sudah bilang sama istri akan turun langsung. Bukan sebagai kepala daerah melainkan rakyat biasa yang akan memimpin,” urainya.
Menanggapi pernyataan maaf Edy Mulyadi, Jaang menegaskan bahwa dia tidak memaafkan Edy. Pasalnya secara manusiawi, kelakuan Edy tidak bisa dimaafkan.
“Nanti dia hina-hina lagi orang Kalimantan, minta maaf terus senyum-senyum. Saya ingatkan bahwa di Kalimantan ini bukan hanya orang Dayak saja, tapi seluruh anak bangsa ada di Kalimantan,” paparnya.
Seharusnya, semua pihak mendukung kebijakan nasional yang ingin memindahkan ibu kota negara (IKN) ke Kaltim. Bukannya hanya bisa berkomentar dan menghina.
“Dari zaman Presiden terdahulu Bung Karno kan memang mau memindahkan ibu kota, maka ketika Pak Jokowi bisa memindahkan IKN ke Kaltim seharusnya kita bersyukur. Kita sambut kebijakan itu, kalau nggak setuju jangan hina orang Kalimantan,” kata Jaang. (editor: Dani)