
Kukar, infosatu.co – Dalam lanskap kepemimpinan desa yang masih didominasi laki-laki, sosok Fitriati, Kepala Desa Prangat Baru di Kecamatan Marangkayu, muncul sebagai pengecualian yang membanggakan.
Ia bukan hanya pemimpin perempuan satu-satunya di wilayahnya, tetapi juga pionir yang berhasil mengangkat potensi lokal dan menggerakkan perubahan sosial dari tingkat paling dasar.
Fitriati memulai pengabdiannya bukan dari dunia pemerintahan, melainkan sebagai tenaga kesehatan.
Ia memilih meninggalkan kehidupan kota demi mengabdi di kampung halaman.
Keputusan itu mengantarkannya pada amanah besar memimpin desa, yang ia jalani dengan pendekatan empatik dan partisipatif.
“Alhamdulillah, dengan diraihnya penghargaan ini saya sangat bersyukur. Harapan saya, penghargaan ini membawa berkah dan manfaat untuk warga Desa Prangat Baru,” ucap Fitriati, Sabtu, 31 Mei 2025.
Hal itu disampaikan Fitriati menanggapi penghargaan yang ia terima dari DP3A Kukar.
Pada peringatan Hari Kartini, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kukar memberikan penghargaan kepada Fitriati atas kepemimpinannya yang inspiratif.
Penghargaan itu diberikan bukan sebagai formalitas, tetapi sebagai pengakuan atas hasil nyata pembangunan berbasis perempuan.
“Dengan pendekatan inovatif dan partisipatif, kepala desa ini berhasil membawa desanya berkembang menuju kemandirian,” ujar Hero Suprayetno, Plt Kepala DP3A Kukar.
“Beliau adalah bukti bahwa kepemimpinan perempuan tak hanya sebatas simbol, tapi nyata mendorong perubahan,” tambahnya.
Di bawah kepemimpinannya, Prangat Baru tumbuh menjadi Kampung Kopi Luwak. Fitriati mendorong UMKM lokal mengembangkan beragam olahan kopi yang dipamerkan di ajang UP2K HKG PKK ke-53 dan berhasil meraih Juara Harapan I.
Produk seperti rengginang kopi, bolu kentang kopi, hingga keripik pisang berbasis bubuk kopi, memperluas pasar desa hingga ke luar daerah.
Lebih dari sekadar promosi produk, Fitriati membangun ekosistem ekonomi inklusif dengan melibatkan kelompok tani, UMKM perempuan, dan Bumdes secara simultan.
Ia mendorong kemandirian perempuan desa, menyatakan bahwa ekonomi keluarga sebaiknya tidak sepenuhnya bergantung pada kepala rumah tangga.
“Jadi kita tidak berpangku tangan kepada kepala keluarga,” tegasnya.
Meski menjadi satu-satunya kades perempuan di Kecamatan Marangkayu, Fitriati merasa tidak pernah didiskriminasi.
Ia menyebut para kepala desa saling mendukung tanpa memandang gender.
“Saya tidak merasa dikucilkan meskipun saya satu-satunya Kades Perempuan di Marangkayu. Kita semua kades sama, jika ada kegiatan pun kita sama, tidak ada yang dibedakan,” tutupnya. (Adv)