Samarinda, Infosatu.co – Penanganan stunting kembali menjadi sorotan Wakil Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Seno Aji.
Sorotan itu disampaikan saat menghadiri pelantikan pengurus PIRA (Perempuan Indonesia Raya) Kalimantan Timur di Rumah Jabatan Wakil Gubernur, Rabu, 6 Agustus 2025.
Ia menegaskan, perempuan yang tergabung dalam PIRA harus berada di garda terdepan untuk mengatasi masalah gizi kronis yang masih tinggi di daerah Kaltim tersebut.
Menurut data yang ia paparkan, prevalensi stunting di Kalimantan Timur masih mencapai 22 persen. Angka ini dianggap mengkhawatirkan dan membutuhkan kerja bersama berbagai pihak.
“Kita ingin stunting di Kalimantan Timur hilang. Kita harus segera memberantas keberadaan stunting tersebut supaya benar-benar hilang dari daerah ini,” tegasnya.
Seno menekankan bahwa penanganan stunting tidak bisa hanya dibebankan pada pemerintah dan tenaga kesehatan.
Peran masyarakat, terutama kaum perempuan, sangat vital dalam mendeteksi, melaporkan, dan mencegah kasus stunting sejak dini.
“Saya tidak bisa berjuang sendiri. Dokter-dokter juga tidak bisa berjuang sendiri. Kita harus sama-sama untuk memastikan setiap keluarga, setiap RT, setiap desa tidak ada lagi anak-anak yang terkena stunting,” ujarnya.
Ia mengajak seluruh pengurus dan kader PIRA untuk proaktif melaporkan titik-titik keluarga yang masih terdampak stunting.
Menurutnya, informasi dari lapangan sangat penting untuk mempercepat intervensi program pemerintah.
Salah satu program unggulan yang tengah berjalan adalah penyediaan makan siap isi gratis bagi ibu hamil dan anak-anak.
Seno menyebutkan, hingga saat ini Kalimantan Timur baru memiliki 102 dapur dari kebutuhan 373 dapur.
Artinya, masih ada sekitar 200 dapur yang harus segera dibangun agar program bisa menjangkau seluruh wilayah.
“Ini peluang bagi Ibu-ibu sekalian untuk ikut serta. Satu dapur membutuhkan sekitar 49 tenaga kerja. Kalau PIRA bisa mengelola 20 dapur, maka sudah ada seribu orang yang bekerja di Kalimantan Timur,” jelasnya.
Program ini, tambahnya, tidak hanya berfungsi menekan angka stunting, tetapi juga membuka lapangan kerja baru dan memberikan tambahan penghasilan bagi keluarga.
Selain aspek kesehatan, Seno juga menekankan potensi ekonomi dari pengelolaan dapur siap saji.
Dengan produksi 3.000 paket makanan per hari, keuntungan 1 paket makanan adalah Rp1,5 ribu, jadi yang bisa diperoleh adalah sekitar mencapai sekitar Rp4,5 juta per hari. Jika dihitung selama 22 hari kerja, total keuntungan bisa menembus Rp100 juta per bulan.
“Bayangkan, kalau PIRA punya 20 dapur, keuntungan per bulannya bisa mencapai Rp2 miliar. Ini bukan hanya soal kesehatan, tetapi juga kesejahteraan masyarakat dan kemandirian organisasi,” paparnya.
Menurutnya, keuntungan tersebut dapat digunakan untuk kebutuhan keluarga maupun menopang kegiatan organisasi.
Dengan begitu, PIRA tidak hanya berperan dalam pembangunan kesehatan, tetapi juga memperkuat kemandirian ekonomi anggotanya.
Untuk memperluas dampak, dia mendorong PIRA menjalin kerja sama dengan yayasan serta lembaga lain di Kaltim.
Ia mencontohkan sejumlah yayasan yang telah disiapkan tokoh Gerindra di Samarinda, Balikpapan, dan Bontang yang bisa menjadi mitra PIRA dalam menjalankan program sosial dan kesehatan.
“Kolaborasi akan membuka peluang lebih besar, baik dari segi pendanaan maupun jangkauan program. Dengan begitu, manfaatnya bisa langsung dirasakan masyarakat luas,” ujarnya.
Namun, ia mengingatkan bahwa bantuan pemerintah tidak bisa disalurkan langsung kepada partai politik atau sayapnya.
Oleh karena itu, PIRA diminta membentuk badan independen atau yayasan agar dapat menerima dukungan secara sah.
Di akhir sambutannya, dia menyampaikan optimismenya bahwa PIRA Kaltim mampu memainkan peran strategis dalam mengatasi stunting sekaligus memberdayakan ekonomi perempuan.
Dengan semangat kebersamaan dan program nyata yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat, PIRA Kaltim diharapkan menjadi motor penggerak dalam mewujudkan generasi sehat sekaligus meningkatkan kesejahteraan keluarga di Kalimantan Timur.
“Kita ingin perempuan Indonesia Raya Kalimantan Timur benar-benar bisa berdaya, benar-benar bisa mandiri, dan benar-benar bisa berjuang untuk pembangunan Kalimantan Timur. Salah satunya dengan memastikan tidak ada lagi anak yang terkena stunting,” pungkasnya.