Jakarta, infosatu.co – Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional (HAN), PT Jalin Pembayaran Nusantara bagian dari Holding BUMN Danareksa bersama Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) mengajak para anak-anak tunarungu mengunjungi Museum Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Selasa (23/7/2024).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat baru 20 persen dari total penyandang disabilitas yang memiliki akses terhadap produk dan jasa keuangan.
Head of Product & Technology ASPI, Tata Martadinata menuturkan, upaya meningkatkan keamanan dan trust dalam penggunaan sistem pembayaran digital adalah tanggung jawab bersama.
“Ini sangat penting mengingat tren transaksi pembayaran yang semakin beralih ke metode digital, salah satunya akseptasi penggunaan QRIS yang terus meningkat,” jelas Tata dalam keterangan tertulisnya.
“Dengan pemahaman yang baik, kita bisa meminimalisasi risiko penipuan dan fraud yang bisa merugikan, terutama bagi anak-anak agar mereka bisa lebih siap menghadapi masa depan digital sebagai bagian dari cashless society,” lanjutnya.
Selain itu, berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLKI) pada 2022, menunjukan indeks literasi keuangan pelajar masih sekitar 47,5 persen atau di bawah tingkat rata-rata nasional sebesar 49,6 persen.
ASPI terus berupaya untuk memberikan edukasi yang menyeluruh kepada seluruh lapisan masyarakat. Terutama mengenai pentingnya memahami dan menggunakan sistem pembayaran digital dengan aman.
Sementara itu, Direktur Komersial Jalin Eko Dedi Rukminto mengatakan pentingnya mempersiapkan anak-anak dengan literasi keuangan digital yang memadai.
“Kita tidak ingin generasi emas ini mengalami kesulitan atau bahkan menjadi korban fraud saat menggunakan layanan sistem pembayaran digital. Kepercayaan terhadap sistem ini harus terus diperkuat melalui literasi yang baik dan konsisten dari seluruh pemangku kepentingan,” ujar Eko.
Kata Eko, kolaborasi antara pemerintah, asosiasi, industri, dan lembaga pendidikan sangat penting untuk mempercepat peningkatan literasi keuangan.
“Dengan literasi yang cukup, anak-anak akan lebih siap menghadapi masa depan digital, mengenali, serta menghindari risiko penipuan,“ kata Tata.
“Ini adalah investasi jangka panjang untuk memastikan bahwa generasi mendatang dapat berpartisipasi aktif dan aman dalam ekosistem keuangan digital sehingga no one left behind,” tambahnya.