Samarinda, infosatu.co – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) terus mendorong perluasan jaringan internet di wilayah pedesaan.
Hingga Senin, 21 Juli 2025, program internet desa telah menjangkau 252 desa dari total target 841 desa yang tersebar di seluruh Provinsi Kaltim.
Kepala Diskominfo Kalimantan Timur, Muhammad Faisal, menyampaikan bahwa progres program ini terus menunjukkan perkembangan setiap minggu.
“Per minggu saya dapat laporan dari staf. Per 21 Juli ini sudah 252 desa yang teraliri internet. Artinya, progres kita bergerak terus. Target kami pada bulan Juli ini bisa mencapai 300 desa,” ujar Faisal dalam keterangannya, Selasa, 22 Juli 2025.
Berdasarkan data Weekly Report Proses Internet Desa per 21 Juli 2025, dari sisi penyedia jaringan, PT Telkom Indonesia telah berhasil menyambungkan jaringan ke 108 desa.
Sedang Telkomsel sebanyak 65 desa, ICON+ (ICONPLUS, anak perusahaan PT PLN) menjangkau 7 desa, KomTelindo sebanyak 72 desa. Total seluruhnya berjumlah 252 desa.
Sementara jika dilihat dari sisi persebaran kabupaten, berikut rinciannya:
• Kabupaten Berau: 43 desa dari total 100 desa.
• Kabupaten Kutai Barat: 36 desa dari 190 desa.
• Kabupaten Kutai Kartanegara: 98 desa dari 193 desa.
• Kabupaten Kutai Timur: 66 desa dari 139 desa.
• Kabupaten Mahakam Ulu: 3 desa dari 50 desa.
• Kabupaten Paser: 6 desa dari 139 desa.
• Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU): 0 desa dari 30 desa.
Dengan demikian, dari total target 589 desa untuk progres tahun ini, capaian per Juli 2025 sudah mencapai sekitar 30 persen.
Faisal menjelaskan bahwa meskipun angka-angka ini masih jauh dari total target 841 desa, tren mingguan menunjukkan peningkatan yang stabil.
“Rata-rata sih 30 desa per minggu. Kami tetap optimistis target bulanan dan tahunan bisa tercapai,” katanya.
Ia menambahkan, program ini mulai efektif berjalan sejak April 2025.
Setelah penandatanganan nota kesepahaman (MoU) pada 21 April 2025, kerja teknis langsung dimulai pada awal Mei 2025, dengan menggunakan sistem pengadaan melalui e-Katalog.
“Provider yang terlibat ada empat, yaitu Telkom, Telkomsel, ICON+, dan KomTelindo. Semuanya terlibat dalam pemasangan jaringan di desa-desa,” ujarnya.
Namun, belum meratanya progres antar kabupaten, seperti di Kabupaten PPU yang masih nol desa, menurut Faisal, lebih disebabkan oleh strategi pengerjaan dan kondisi geografis.
“Tidak ada kendala serius. Mungkin tim teknisinya masih fokus di daerah lain. Jarak desa-desa di PPU juga cukup jauh, jadi butuh perencanaan rute yang efisien,” jelasnya.
Dia menegaskan bahwa program internet desa ini bukan sekadar menyediakan Wi-Fi gratis untuk publik, melainkan memprioritaskan pelayanan publik desa.
“Kami utamakan dulu kantor desa, lalu puskesmas pembantu, sekolah, dan baru ke area publik. Tidak mungkin area publik sudah punya internet, tapi kantor desa belum,” tegasnya.
Di samping itu, setelah jaringan utama atau kabel induk masuk ke desa, warga juga bisa menikmati internet secara mandiri.
“Kalau desa sudah ada jaringan, warga tinggal daftar ke provider, misalnya ke Telkom, untuk pasang jaringan di rumahnya. Bisa bayar sendiri, atau bisa dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes),” jelasnya.
Faisal menekankan pentingnya prinsip keadilan akses.
“Kami ingin membuka akses internet secara merata, bukan hanya membangun infrastruktur yang indah di satu tempat saja. Prinsipnya adalah pemerataan,” katanya.
Menurutnya, begitu satu titik di desa sudah memiliki akses internet, maka desa bisa mengelola sendiri perluasan pemanfaatannya.
“Kami siapkan satu titik dulu. Kalau desa ingin menambah titik Wi-Fi di taman, balai desa, atau bahkan buka akses untuk masyarakat pada pagi atau sore hari, itu kebijakan pemerintah desa masing-masing,” ucapnya.
Dengan mempertimbangkan biaya dan kapasitas jaringan, Faisal mengingatkan bahwa tidak semua layanan bisa gratis.
“Kalau rumah tangga ingin pasang internet sendiri, ya harus bayar ke provider. Masa semuanya mau gratis? Nanti negara bisa bangkrut,” katanya sambil tertawa.
Pemerintah menargetkan bahwa jika hingga Agustus atau September 2025 capaian internet desa bisa menyentuh angka 400 desa, maka program ini akan dideklarasikan secara resmi atau grand launching.
Namun, Faisal menegaskan bahwa peluncuran tersebut bukanlah tanda dimulainya proyek, melainkan sebagai bentuk pencapaian dari kerja yang sudah berlangsung.
“Kalau sudah 300 atau 400 desa, kita launching. Bukan berarti baru mulai, tapi sebagai penanda bahwa program ini berjalan dan hasilnya sudah mulai nyata,” pungkasnya. (Adv/diskominfokaltim)
Editor: Nur Alim