Samarinda, infosatu.co – Dentuman drum band, suara derap langkah pasukan, dan sorak semangat ribuan penonton mengiringi prosesi upacara peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia di Stadion Gelora Kadrie Oening Sempaja, Samarinda, Minggu, 17 Agustus 2025.
Namun, perhatian pagi itu tertuju pada satu sosok remaja perempuan.
Dengan seragam putih-putih khas Paskibraka dan langkah tegap penuh keyakinan, Firda Arrum, siswi SMAN 2 Berau, melangkah menuju panggung kehormatan.
Di tangannya, ia membawa baki yang berisi Sang Saka Merah Putih. Momen ini menjadi catatan sejarah.
Firda bukan hanya bagian dari 40 pemuda-pemudi terbaik Kalimantan Timur yang tergabung dalam Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka).
Melainkan juga pembawa baki peran paling bergengsi yang hanya dipercayakan kepada mereka yang dianggap paling siap secara mental, fisik, dan disiplin.
Dari Berau ke Samarinda: Jejak Perjuangan Seorang Gadis Belia
Firda memulai perjalanan panjangnya dari Berau, daerah di ujung utara Kalimantan Timur.
Sejak duduk di bangku sekolah dasar, ia dikenal sebagai siswi berprestasi.
Nilainya selalu menempati peringkat atas, dan ia aktif di berbagai kegiatan ekstrakurikuler, terutama PBB yang menjadi kecintaannya sejak kecil.
Cita-cita menjadi Paskibraka telah lama ia tanamkan. Ketika seleksi dimulai, ia tampil dengan penuh semangat di tingkat sekolah, lalu melaju ke tingkat kabupaten.
Dari ratusan peserta, Firda akhirnya lolos hingga ke tingkat provinsi, dan satu-satunya yang mewakili Berau.
“Dari awal ikut seleksi di sekolah, lalu ke kabupaten, kemudian provinsi. Setelah lolos provinsi, kami karantina selama sebulan penuh. Di situ saya dilatih fisik, mental, kedisiplinan, hingga akhirnya dipilih pelatih untuk menjadi pembawa baki,” jelas Firda dengan suara bergetar, masih diliputi haru usai bertugas.
Selama sebulan di Samarinda, Firda berpisah dari keluarga. Ia harus menjalani karantina ketat di BPSDM Kaltim.
Rutinitasnya padat: bangun pagi, olahraga, latihan upacara, hingga sesi pembentukan mental dan karakter.
“Latihannya memang berat, tapi membuat saya semakin percaya diri. Ada rasa gugup, tapi lebih besar rasa bangganya. Ini amanah yang harus saya jaga dengan sepenuh hati,” ungkapnya penuh keyakinan.
Pagi itu, Samarinda diguyur hujan hingga upacara dimulai. Keluarga Firda yang datang jauh-jauh dari Berau tak henti berdoa agar prosesi berjalan lancar.
Ibunda Firda, Yuli Irda Sari, tak kuasa menahan air mata saat melihat putrinya berdiri tegak di lapangan kehormatan.
“Alhamdulillah pengibaran berjalan lancar. Saya sangat bangga, terharu, dan bersyukur atas anak saya. Keren sekali. Dari awal saya hanya berdoa semoga hujan tidak jadi penghalang,” ucapnya penuh rasa syukur.
Sang ayah, Mei Eka Firmansyah, juga membagikan kisah kebanggaannya.
“Firda ini sejak kecil anaknya keras dan rajin. Dari SD selalu rangking satu. Dia memang suka PBB. Bahkan pernah juara lomba PBB se-Kaltimtara. Dari dulu sudah bercita-cita jadi Paskibraka, dan sekarang mimpinya terwujud,” kata sang ayah, tersenyum bahagia meski matanya berkaca-kaca.
Momen ini semakin istimewa karena sehari setelah upacara, Firda merayakan ulang tahunnya yang ke-17, tepatnya besok 18 Agustus 2025.
Di usia yang masih belia, ia telah mencatatkan namanya dalam sejarah peringatan kemerdekaan Indonesia.
Bagi Firda, tugas ini bukan hanya sebuah kehormatan pribadi, tetapi juga tanggung jawab besar yang harus ia emban sebagai generasi penerus bangsa.
“Untuk adik-adik junior nanti, semoga bisa lebih semangat, lebih bagus lagi, dan semoga sukses semuanya,” pesan Firda sederhana, namun penuh makna.
Simbol Generasi Muda Kaltim
Kisah Firda adalah bukti bahwa kerja keras, disiplin, dan doa mampu mengantarkan generasi muda ke puncak prestasi.
Dari Berau yang jauh, ia melangkah ke Samarinda, lalu berdiri di hadapan ribuan pasang mata, membawa baki Sang Saka Merah Putih.
Lebih dari sekadar peran dalam upacara, Firda Arrum telah menjadi simbol kebanggaan bagi Kalimantan Timur.
Ia menunjukkan bahwa anak muda dari daerah pun bisa tampil di panggung nasional, membawa semangat persatuan, dan menyalakan harapan akan lahirnya generasi emas Indonesia 2045.
Dan ketika bendera Merah Putih berkibar gagah di langit Samarinda yang baru saja reda dari hujan, Firda tahu, setiap langkah kecil yang ia tempuh telah memberi arti besar: Indonesia Merdeka.