infosatu.co
KUKAR

Budidaya Sayuran Hidroponik, Mirna Wati Berdayakan Ibu-Ibu di Sekitar Rumahnya

Kukar, infosatu.co – Bercocok tanam dengan teknik hidroponik sudah banyak dikembangkan oleh masyarakat selama beberapa tahun terakhir.

Budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah, melainkan air ini dinilai memiliki banyak keunggulan. Salah satunya, dapat dilakukan di sekitar rumah dengan luasan lahan terbatas. Warga di permukiman padat penduduk pun dapat melakukannya.

Mirna Wati salah satunya. Perempuan yang bertempat tinggal di Desa Kutai Lama Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur ini membudidayakan sawi pakcoy dan selada dengan teknik hidroponik.

Dua jenis sayuran itu dibudidayakan di lahan seluas 4×8 meter samping teras rumahnya. Di situ nampak puluhan tanaman sawi pakcoy dan selada berjajar. Batang dan daun sayuran yang berwarna hijau tersebut menyembul di antara lubang pada pipa paralon.

Tanaman yang tumbuh subur itu sedang dipanen. Mirna Wati bersama sejumlah perempuan lain tengah berada di lokasi budidaya sawi pakcoy dan selada hidroponik.

Tangan mereka memotong maupun mencabut dua jenis sayuran yang berhasil tumbuh subur tersebut. Lantas, mengemasinya dengan plastik bening.

Sawi pakcoy dan selada siap dijual dengan harga pada kisaran Rp5 ribu hingga Rp7 ribu per bungkus. Adapun omzet yang dikantongi Mirna berkisar Rp4-5 juta per bulan dalam setahun terakhir.

Panen sayuran hidroponik dilakukan Mirna setidaknya sebulan sekali setelah melewati masa persemaian dan perawatan. Sawi bisa dituai 24 hari dan selada 35 hari.

“Bisa dua kali dalam sebulan, tapi ada persemaian setiap 12 hari. Dari sayuran remaja ke dewasa, sehingga setiap dua minggu bisa panen,” jelasnya sembari membungkus sayuran pakcoy dan selada, Sabtu (4/1/2025).

Bagi Mirna membudidayakan sayur dengan sistem hidroponik tidaklah susah. Namun, membutuhkan ketelatenan dan kesabaran dalam merawat hidroponiknya dengan mengecek ketersediaan air.

Selain itu, memastikan sayuran bebas hama. Seperti ulat, kutu, dan belalang. Tak lupa, mengecek kecukupan udara dan nutrisi yang diterima sayuran setiap harinya. “Capeknya di situ aja, setiap hari harus dicek sama airnya harus juga harus diperhatikan,” ungkapnya.

Mirna menjelaskan bahwa teknik hidroponik dapat dikembangkan untuk tanaman yang berakar serabut. Metode bercocok tanamnya dengan menggunakan air tanpa perlu media tanah.

Usaha itu mulai dijalankannya sejak awal 2024. Awalnya, saat itu suaminya diterima bekerja di salah satu perusahaan Pertamina di Kukar yang mengharuskan tidak bisa menemaninya setiap hari.

Mirna pun berinisiatif melakukan pekerjaan lainnya untuk mengurangi kejenuhan saat di rumah. Hingga akhirnya diputuskan membudidayakan sawi pakcoy dan selada.

Dengan bermodalkan uang Rp5 juta, Mirna memulai menanam sayuran hidroponik dengan membeli bahan dan alat yang diperlukan, di antaranya media tanam rockwool dari batu vulkanik, media tanam net pot, gully talang, benih sayuran, styrofoam, dan wadah untuk tandon air.

“Awalnya saya menanam sawi pakcoy aja kemudian setelah panen saya ganti selada seiring waktu jadi kedua-keduanya. Dan Alhamdulillah banyak yang minat di pasar dan ada juga pelanggan khusus,” katanya.

Mirna pun berharap usahanya tetap bisa berlanjut. Sebab, dengan usaha tersebut mampu mempekerjakan ibu rumah tangga di sekitar rumah, sehingga dapat memenuhi kehidupan dapurnya.

“Karena setiap mau petik sayur saya panggil mereka, kadang ada yang mau dibayar dan ada juga yang ambil sayur untuk dibawa pulang sebagai upahnya,” katanya.

Related posts

STT Migas Terima Pembelajaran Langsung Industri Hulu Migas di Muara Badak

Adi Rizki Ramadhan

PHSS dan Pemdes Sebuntal Latih Poktan Menuju Swasembada Pangan

Adi Rizki Ramadhan

Gagal Panen Kerang, PHSS Hormati Sikap Pemkab Kukar

Leave a Comment

You cannot copy content of this page