Samarinda, infosatu.co – Dua paguyuban besar keluarga Buton di Samarinda resmi melebur menjadi satu organisasi yang menaungi 5.000 jiwa pada Minggu malam, 27 April 2025.
Bertempat di Lapangan Dr. La Sina, acara ini diawali dengan penyerahan cinderamata kepada anggota Komisi III DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Subandi, yang turut hadir.
Momen ini menjadi tonggak sejarah baru bagi masyarakat Buton di Samarinda.
Penggabungan ini menjadi momentum penting dalam mempererat hubungan kekeluargaan serta menumbuhkan semangat kebersamaan.
Ribuan anggota yang sebelumnya tergabung dalam dua organisasi kini bersatu, memperkuat solidaritas keluarga besar Buton di kota ini.
Koordinator Presidium, Syaharuddin, mengatakan bahwa penyatuan tersebut merupakan hasil dari perjalanan panjang yang penuh tantangan.
“Paguyuban kami ini sebenarnya dulu satu, terbentuk sekitar tahun 1986. Namun karena adanya miskomunikasi di antara masyarakat waktu itu, terbentuklah dua paguyuban,” jelas Syaharuddin.
Ia mengisahkan bahwa gagasan penyatuan sejatinya telah muncul sejak tahun 2000, namun baru menguat kembali pada 2024 berkat dorongan dari seluruh elemen masyarakat.
“Warga ingin bersatu lagi. Didukung juga oleh pimpinan-pimpinan dua paguyuban, sehingga setelah hampir satu tahun berproses, akhirnya hari ini kita bisa melaksanakan pengukuhan,” lanjutnya.
Syaharuddin menegaskan bahwa kunci utama keberhasilan penyatuan ini adalah komunikasi intensif dengan berbagai pihak.
“Komunikasi kami bangun dengan semua unsur, baik masyarakat, tokoh adat, tokoh masyarakat, maupun tokoh agama. Dengan komunikasi itu, lahir persamaan persepsi: bahwa kita ingin maju bersama,” ujarnya.
Menurutnya, persatuan ini menjadi langkah strategis untuk membina generasi penerus dengan lebih terarah.
“Kalau tetap dua paguyuban, akan sulit menyatukan visi dan misi. Dengan bersatu, kita bisa membina anak-anak kita, membangun kekompakan dari sekarang,” tambahnya.
Lebih lanjut, Syaharuddin memaparkan sejumlah rencana program ke depan, salah satunya adalah menyatukan berbagai kelompok seperti ibu-ibu dan pemuda yang sebelumnya masih beraktivitas di masing-masing paguyuban.
“Pelan-pelan kita satukan. Tidak hanya seremonial, tapi kegiatan sehari-hari. Misalnya, dalam hal keagamaan, kegiatan sosial, semua akan digabungkan,” katanya.
Ia juga menyoroti peran khas paguyuban Buton yang aktif mendampingi anggotanya sepanjang berbagai fase kehidupan.
“Mulai dari orang lahir, menikah, sampai punya cucu, semua diurus oleh paguyuban. Ini beda dengan organisasi lain yang mungkin hanya seremonial. Kami aktif setiap minggu, mengurus berbagai kegiatan anggota,” tutur Syaharuddin.
Sementara itu, Subandi yang hadir sebagai tamu kehormatan memberikan apresiasi atas semangat luar biasa masyarakat Buton di Samarinda.
Ia mengakui kontribusi nyata komunitas tersebut di berbagai bidang.
“Banyak di antara mereka menjadi guru, lurah, camat, dosen, dan tokoh masyarakat. Mereka pekerja keras dan selalu menjaga nama baik,” ungkap Subandi.
Ia juga mengungkapkan kekagumannya terhadap antusiasme warga yang tetap bertahan hingga larut malam untuk menyaksikan acara.
“Saya sampai heran, sampai jam 11 malam masih penuh. Ini bukti kekompakan yang luar biasa,” ujarnya.
Acara puncak ditutup dengan Tari Sarung, sebuah tarian khas yang melambangkan makna persatuan dan harmoni dalam budaya Buton.
Sebagai tambahan, masyarakat Buton di Kaltim, khususnya di Samarinda, selama ini dikenal aktif berkontribusi dalam pembangunan daerah sambil tetap menjaga budaya leluhur dan beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Dengan bersatunya dua paguyuban besar ini, komunitas Buton diharapkan semakin kuat dan mampu mempererat tali persaudaraan lintas generasi.