Samarinda, infosatu.co – Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda, Kalimantan Timur terus berupaya menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Salah satu caranya dengan meningkatkan perhatian pada kesehatan reproduksi sejak dini.
Plt Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Samarinda dr. Ismid Kusasih mengatakan bahwa AKI dan AKB di daerah tersebut masih cukup memprihatinkan. Padahal, pelayanan bagi ibu hamil telah mencapai 92 berdasarkan standar pelayanan minimal.
“Pada tahun 2023, terdapat 14 kasus kematian ibu hamil dan 78 kasus kematian bayi baru lahir di Samarinda,” katanya dalam pertemuan konsolidasi program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) bersama Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan mitra kerja pada Senin (12/8/2024).
Ismid menekankan pentingnya kolaborasi antara OPD, mitra kerja, dan masyarakat untuk menurunkan angka kematian tersebut hingga mencapai nol.
Ia mencontohkan negara-negara maju seperti Australia yang berhasil menekan angka kematian ibu dan bayi melalui skrining komprehensif. Mulai dari kehamilan, saat hingga setelahnya.
Pendidikan reproduksi sejak dini penting digencarkan. Harapannya, untuk memastikan calon ibu di masa depan memahami pentingnya kesehatan reproduksi dan pencegahan stunting yang saat ini menjadi fokus nasional. “Edukasi reproduksi ini bukan hanya tentang kesehatan, tapi juga pencegahan stunting,” tegasnya.
Di samping itu, Ismid turut menyoroti permasalahan HIV di Samarinda yang semakin mengkhawatirkan. Dalam sebuah skrining terhadap 30 ribu orang di komunitas tertentu, ditemukan 555 kasus HIV. Sebanyak 111 di antaranya telah meninggal dunia.
Ismid menggambarkan situasi ini seperti fenomena gunung es. Dari sejumlah kasus yang terlihat di permukaan, masih banyak kasus serupa yang belum diketahui.
Sebagai kota penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN), Ismid mengingatkan pentingnya kesiapan Samarinda dalam menghadapi tantangan ke depan. Terutama terkait peningkatan jumlah penduduk dan risiko kesehatan.
“Kita harus siap menghadapi tantangan ini dengan memperkuat skrining dan pendidikan reproduksi. Ini adalah tanggung jawab bersama untuk memastikan kesehatan ibu dan bayi di Samarinda tetap terjaga,” tutupnya.