
Samarinda, infosatu.co – Kehamilan pada ibu berusia muda disebut memberi kontribusi pada kasus stunting yang masih tinggi di Indonesia.
Sebab, pasangan maupun ibu muda sering kali belum memiliki kesiapan mental, sosial, maupun ekonomi untuk membesarkan anak secara optimal.
“Usia yang terlalu muda dan kesiapan yang belum matang dapat menyebabkan kurangnya perhatian terhadap kebutuhan nutrisi dan kesehatan pada masa kehamilan,” kata anggota DPRD Kalimantan Timur (Kaltim) Andi Satya Adi Saputra di Cafe Bagios, Senin (11/11/2024).
“Hal ini dapat memicu terjadinya stunting, yang dampaknya bisa berlangsung sepanjang hidup anak,” lanjutnya.
Menurutnya, stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis selama masa awal kehidupan berdampak serius terhadap perkembangan fisik dan kognitif anak.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, anak-anak yang lahir dari ibu muda memiliki risiko stunting yang lebih tinggi. Hal itu jika dibandingkan dengan anak-anak yang lahir dari ibu dengan kesiapan ekonomi dan sosial yang lebih baik.
Tingginya risiko stunting anak dari pasangan muda disebabkan beberapa hal, seperti kurangnya akses ke layanan kesehatan dan rendahnya kesadaran akan pentingnya asupan nutrisi yang cukup. Selain itu, kondisi lingkungan yang tidak mendukung.
Oleh karena itu, Andi menekankan pasangan muda memiliki perencanaan matang sebelum memutuskan hamil dan memiliki keturunan. Beberapa faktor yang dapat dijadikan pertimbangan adalah kesiapan ekonomi, pendidikan, dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi.
“Kehamilan bukan hanya tanggung jawab seorang ibu, tetapi juga perlu ada dukungan dari suami dan keluarga. Namun, kita tahu bahwa pasangan muda sering kali belum siap secara ekonomi, sehingga sulit untuk mencukupi kebutuhan kesehatan dan nutrisi bagi ibu dan janin,” tambahnya.
Untuk itu, Andi mendorong kegiatan penyuluhan kesehatan dan edukasi tentang perencanaan keluarga sejak dini digencarkan, terutama di kalangan remaja.
Dengan pengetahuan yang memadai, pasangan muda diharapkan dapat memahami pentingnya kesiapan dalam berkeluarga. Selain itu, menyadari risiko kehamilan di usia muda terhadap kesehatan anak yang mereka lahirkan.
“Edukasi reproduksi harus digencarkan, terutama di sekolah-sekolah. Remaja perlu diberikan pemahaman akan dampak jangka panjang dari kehamilan yang terlalu dini,” ungkap Andi.
Untuk mengatasi tingginya angka stunting di kalangan keluarga muda, Andi juga mendorong pemerintah agar memperkuat program kesehatan ibu dan anak. Akses pelayanan kesehatan juga terbuka dan berkualitas di daerah-daerah yang berisiko tinggi.
Program pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil dan bayi, serta layanan pemeriksaan kehamilan rutin di fasilitas kesehatan juga harus menjadi prioritas.
“Layanan kesehatan harus bisa diakses oleh semua kalangan, terutama bagi mereka yang rentan secara sosial dan ekonomi. Ini adalah investasi penting bagi masa depan generasi kita,” imbuhnya.
Lebih lanjut, ia menyarankan perlunya dukungan terhadap program edukasi gizi bagi ibu hamil, terutama di daerah-daerah terpencil.
Pasalnya, ketidaktahuan mengenai asupan nutrisi yang tepat sering kali mengakibatkan malnutrisi pada ibu hamil yang berdampak pada kesehatan janin.
Nutrisi yang baik seperti zat besi, asam folat, protein, dan mikronutrien lainnya, menurut Andi, sangat penting untuk menunjang tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan.
Andi berharap melalui kolaborasi antara DPRD, pemerintah daerah, dan komunitas masyarakat dapat memberikan edukasi dan meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan reproduksi secara menyeluruh.
“Generasi Indonesia yang sehat dan cerdas bisa kita wujudkan jika sejak awal anak-anak kita dibesarkan di lingkungan yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan mereka,” tutupnya.