Samarinda, infosatu.co – Rutinitas terstruktur yang dijalani siswa Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) 57 tidak hanya membentuk kedisiplinan, tetapi juga menjadi ruang bagi para wali asuh mengungkap potensi terbaik anak-anak binaan mereka.
Di balik aktivitas harian yang padat, tersimpan cerita perjuangan sekaligus kebahagiaan para pendamping yang bertugas di lingkungan sekolah yang berlokasi di Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Samarinda, Jalan Untung Suropati, Kecamatan Sungai Kunjang, Kalimantan Timur (Kaltim).
Wali Asuh SRT 57, Septian Aristya mengungkapkan bahwa setiap anak membawa keunikan masing-masing.
Bukan hanya prestasi akademik yang terlihat, tetapi juga keterampilan yang mungkin tak terduga muncul selama proses pembinaan.
“Ada yang pandai menyulam, ada juga yang jago main catur bahkan olahraga seperti sepak bola, ujar Septian pada Rabu, 3 Desember 2025.
Namun perjalanan menemukan potensi itu tidak langsung mulus. Septian menyebut tantangan terbesar justru muncul pada fase awal ketika anak-anak masih beradaptasi dengan lingkungan baru.
Beragam latar belakang membuat beberapa dari mereka tampak biasa saja, bahkan ada yang sempat dipandang negatif sebelum potensi mereka benar-benar terungkap.
Seiring berjalannya waktu, pendekatan pendampingan mulai membuahkan hasil. Pola disiplin yang diterapkan setiap hari perlahan diterima dengan baik.
“Di awal memang perlu penyesuaian, tapi mereka cepat menerima arahan,” katanya.
Dengan enam wali asuh yang membina tiga tingkatan siswa, pengawasan dilakukan sejak mereka pulang sekolah hingga menjelang pagi.
Karena belum tersedia wali asrama tetap, sebagian wali asuh kerap menginap untuk memastikan pendampingan berjalan optimal.
Pembinaan di SRT 57 melampaui aspek akademik. Kebersihan diri dan lingkungan, kedisiplinan, kesehatan, hingga pembiasaan ibadah menjadi bagian penting yang dibentuk setiap hari.
Pola harian dimulai sejak pukul 4 pagi, ketika anak-anak bersiap salat subuh.
Setelah itu mereka membersihkan kamar, mandi, sarapan, lalu berangkat sekolah.
Setelah kembali dari kelas, rutinitas tetap berlanjut: ibadah, makan, istirahat, hingga waktu kegiatan sore yang memberi ruang bagi anak-anak untuk berolahraga, bermain, atau belajar mandiri.
Pada awal pembinaan, pola belum sepenuhnya seragam, tetapi kini struktur kegiatan sudah lebih terbentuk.
Menjelang malam, mereka bersiap mandi dan membersihkan diri sebelum salat magrib dan makan malam bersama.
Setelah salat isya, para siswa mengikuti pembelajaran malam hingga pukul 21.00 yang tetap didampingi wali asuh.
Saat ini, aktivitas fisik diperbanyak sebagai bentuk penyegaran setelah mereka menjalani masa ujian.
“Jadi sementara ini lebih diarahkan untuk kegiatan yang bersifat penyegaran terlebih dahulu,” pungkasnya.
