infosatu.co
KALTIM

Partisipan Mancanegara Antusias Pelajari Tari Japin di Workshop EBIFF 2025

Teks: Workshop Tari Japin yang diikuti oleh para peserta EBIFF di Swiss Bell Hotel

Samarinda, infosatu.co — Suasana penuh semangat terlihat di Ballroom Swis-Belhotel Samarinda saat seluruh peserta East Borneo International Folklore Festival (EBIFF) 2025 mengikuti workshop tari tradisional yang menjadi bagian dari rangkaian acara utama.

Workshop ini secara khusus menghadirkan pelatihan tari Japin, sebuah tarian khas suku Kutai yang merupakan hasil akulturasi budaya Melayu dan Islam.

Teks: Koordinator Penampil Pentas Seni EBIFF 2025 yang juga Staf Pengembangan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kalimantan Timur (Dispar Kaltim), Alvionita Budiaris

Koordinator Penampil Pentas Seni EBIFF 2025 yang juga Staf Pengembangan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kalimantan Timur (Dispar Kaltim), Alvionita Budiaris, menjelaskan bahwa workshop kali ini memang difokuskan pada tari Japin karena keunikannya yang sarat nilai budaya dan historis.

“Tari ini merupakan perpaduan antara budaya lokal dan budaya Islam, khususnya pengaruh dari Zapin Arab. Unsur-unsur Melayu dalam tarian ini sangat kental, dan menjadi simbol identitas masyarakat Kutai di Kalimantan Timur,” jelasnya pada Minggu, 27 Juli 2025.

Tari Japin dipilih sebagai tarian utama untuk flash mob atau penampilan massal pada saat penutupan acara EBIFF 2025.

Menurutnya, seluruh partisipan baik dari mancanegara maupun provinsi-provinsi di Indonesia akan turut menarikan Japin bersama-sama dalam momen penutup tersebut.

“Flash mob ini akan menjadi penampilan yang merepresentasikan kebersamaan dan kekayaan budaya. Semua tamu, delegasi, dan peserta, baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri, akan tampil bersama menarikan Japin sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya Kalimantan Timur,” ujarnya.

Yang menarik, menurut Alvionita, tari Jepin cukup mudah untuk dipelajari oleh para peserta, termasuk dari luar negeri.

Beberapa gerakan dasar dalam tarian ini antara lain salam penghormatan, gerakan melambai, langkah-langkah penuh semangat, hingga gerakan penutup yang disebut Yunana.

Semua gerakan ini cukup sederhana dan mudah dipelajari oleh peserta, bahkan bagi mereka yang baru pertama kali menari.

“Gerakannya tidak terlalu kompleks. Justru itu yang membuat tarian ini bisa dinikmati semua kalangan. Musiknya pun khas karena menggunakan petikan alat musik gambus, yang menjadi ciri khas budaya Melayu Kalimantan,” tambahnya.

Workshop ini diikuti oleh total 152 peserta, terdiri dari 92 orang dari lima negara, yaitu India, Korea Selatan, Rumania, Rusia, dan Polandia.

Serta 60 orang dari berbagai provinsi di Indonesia. Para peserta terlihat antusias dan menikmati proses belajar tarian lokal tersebut.

Namun, satu partisipan dari delegasi Sulawesi Barat tidak dapat mengikuti kegiatan hingga penutupan karena telah kembali ke daerah asal pada Minggu dini hari.

Pelatihan tari Japin ini dipandu oleh pelatih tari dari Yayasan Gubang, Kabupaten Kutai Kartanegara.

Keterlibatan sanggar lokal ini menunjukkan sinergi antara komunitas budaya Kalimantan Timur dan partisipasi global yang dihadirkan dalam EBIFF.

Salah satu peserta internasional yang ikut serta dalam pelatihan adalah Julia Tomaszek, penari dari Polandia.

Teks: Julia Tomaszek, peserta dari Polandia.

Julia merupakan anggota grup tari tradisional Silezjani yang telah ia ikuti selama tiga tahun. Ia telah menjadi penari aktif di kelompok Silezjani selama tiga tahun terakhir. Kelompok tersebut dikenal sebagai komunitas tari rakyat asal wilayah Silesia (Śląsk), Polandia, yang membawakan tarian tradisional dan nasional.

“Saya rasa tari Japin sangat menarik, karena semua gerakannya sangat berbeda dengan yang kami pelajari di Polandia. Tapi ini adalah pengalaman yang sangat menyenangkan,” ujarnya saat ditemui seusai latihan.

Ia mengaku beberapa gerakan seperti “half-samba” cukup menantang, namun keseluruhan tarian tetap terasa menyenangkan dan dapat dinikmati.

“Half-samba menurut saya cukup sulit, selain itu selebihnya menyenangkan dan mudah diikuti,” katanya.

Meski begitu, tantangan tersebut justru membuatnya semakin tertarik untuk mendalami tarian Indonesia. Baginya, belajar sesuatu yang benar-benar baru menjadi pengalaman berharga selama mengikuti EBIFF 2025.

Dia menambahkan bahwa ini merupakan kunjungan pertamanya ke Indonesia dan ia sangat terkesan dengan kekayaan budaya yang ditemui selama berada di Samarinda.

“Sebelumnya saya tidak tahu banyak tentang budaya Indonesia. Tapi setelah sampai di sini dan belajar langsung, saya jadi lebih paham. Saya pikir budaya kalian sangat kaya dan punya energi yang kuat dalam setiap pertunjukan,” ujarnya.

Saat ditanya harapannya setelah mengikuti kegiatan di Samarinda, Julia mengatakan bahwa ia ingin membawa pengalaman ini pulang dan menyimpannya sebagai kenangan indah yang tak terlupakan.

Dengan kegiatan seperti ini, EBIFF menurutnya tak hanya menjadi ajang pertunjukan budaya, namun juga sarana pertukaran budaya yang aktif dan bermakna, mempertemukan identitas lokal dengan apresiasi global dalam satu panggung bersama.

“Saya rasa saya akan melihat budaya Indonesia dari sudut pandang yang berbeda sekarang. Dan saya harap saya bisa mengingat momen ini untuk waktu yang lama,” pungkasnya.

Related posts

Ramai Pengunjung, Festival UMKM Bontang Jadi Ladang Rezeki Pelaku Usaha

Emmy Haryanti

MSI Group Jelajahi Pesona Masjid Putra, Permata Islam di Jantung Putrajaya

Rizki

Turnamen Biliar Gubernur dan Wakil Kaltim Siap Digelar, Total Hadiah Rp200 Juta

Rizki

Leave a Comment

You cannot copy content of this page