Samarinda, infosatu.co – Bagi sebagian anak muda, kuliah adalah langkah pertama menuju masa depan yang lebih cerah.
Namun bagi sebagian lainnya, termasuk Refly Vidi Zaelany, kesempatan itu sempat tertunda karena realitas hidup yang tidak mendukung.
Kini, setelah bekerja beberapa tahun, pemuda kelahiran 2000 itu akhirnya kembali duduk di bangku kuliah berkat hadirnya Program Gratispol Pendidikan Kalimantan Timur (Kaltim).
Refly adalah mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi Bisnis dan Islam, Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda.
Ia tumbuh di keluarga sederhana, dengan ayah bekerja sebagai wiraswasta dan ibu sebagai ibu rumah tangga.
Selepas tamat sekolah, biaya kuliah terasa terlalu berat untuk ditanggung keluarganya. uang kuliah tunggal (UKT) nya mencapai Rp4.300.000 angka yang cukup besar bagi rumah tangga dengan penghasilan terbatas.
“Sebetulnya saya ingin kuliah dari awal. Tapi waktu itu biaya UKT terasa berat sekali bagi keluarga,” kisahnya.
Keputusan pun diambil, Refly bekerja terlebih dahulu. Dunia kerja memberinya pengalaman baru, tetapi juga menyimpan kegelisahan bahwa ada mimpi yang belum ia wujudkan.
Di tengah kesibukan itu, kabar mengenai Program Gratispol Kaltim datang sebagai cahaya yang membuka jalan baru.
“Menurut saya program ini bagus sekali. Tidak seperti beasiswa yang tiap semester harus daftar ulang. Gratispol cukup satu kali verifikasi, bisa dibiayai sampai lulus,” ujarnya.
Kesempatan Kedua yang Tak Pernah Ia Duga
Ketika namanya dinyatakan masuk sebagai penerima Gratispol, beban yang selama ini ia pendam terasa terangkat seketika.
Tidak lagi ia harus memilih antara bekerja penuh waktu atau berkuliah sambil menanggung biaya mahal.
“Tercover semua UKT saya. Rasanya seperti dapat kesempatan kedua,” tutur Refly dengan nada lega.
Ia mengatakan bahwa Gratispol membuatnya kembali percaya bahwa pendidikan masih bisa ia tempuh tanpa harus menambah beban keluarga.
Meski begitu, perjalanan awal tidak sepenuhnya mulus. Ia sempat menghadapi kendala administratif berupa verifikasi dan refund UKT yang belum bisa diproses kampus.
“Verifikasi sudah saya lakukan semua. Tapi anggarannya belum masuk ke kampus. Refund UKT saya belum turun karena pusat belum memverifikasi,” jelasnya.
Refly memahami bahwa kendala itu merupakan bagian dari proses transisi karena Gratispol baru berjalan di tahun pertama.
Ia tetap bersyukur dan berharap mekanisme ini dapat diperbaiki agar lebih cepat dan efisien ke depannya.
Dari Dunia Kerja, Kembali Menjadi Mahasiswa
Sebelum Gratispol hadir, Refly hampir membulatkan tekad untuk tidak melanjutkan kuliah. Ia merasa lebih realistis bekerja, khususnya karena penghasilan bisa membantu keluarga.
Namun kesempatan tidak datang dua kali. Saat program ini dibuka, ia tidak ingin melewatkannya.
“Mungkin ini rezekinya. Saya ikut daftar dan Alhamdulillah diterima tahap pertama. Itu yang membuat saya yakin untuk lanjut kuliah lagi,” katanya.
Kini ia menjalani perkuliahan dengan tekun, memaknai setiap mata kuliah sebagai bentuk komitmennya untuk tidak menyia-nyiakan dukungan pemerintah.
“Karena dibiayai, saya harus rajin kuliah, fokus, dan tidak main-main. Ini kesempatan besar,” tegasnya.
Cita-cita Baru, Jalan yang Lebih Terang
Masa kecil Refly dipenuhi cita-cita sederhana, menjadi anggota TNI.
Namun setelah masuk dunia kerja dan kemudian kembali kuliah di jurusan Ekonomi Syariah, ia membuka kemungkinan baru untuk meniti karier di bidang perbankan syariah.
“Mudah-mudahan nanti bisa bekerja di bank. Karena jurusan saya mendukung ke sana,” ucapnya.
Ia juga melihat peluang besar dari pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Menurutnya, Sumber Daya Manusia (SDM) muda dari Kalimantan Timur harus siap bersaing agar tidak sekadar menjadi penonton.
“Kita menuju IKN. Harapannya, generasi Kaltim bisa berkompetisi dan banyak lulusan lokal yang bisa bekerja di sana,” harapnya.
Apresiasi dan Harapan untuk Program Gratispol
Refly mengungkapkan terima kasihnya kepada Gubernur dan Wakil Gubernur Kaltim atas hadirnya program yang menurutnya sangat membantu mahasiswa yang kesulitan biaya.
“Terima kasih kepada Gubernur dan Wakil Gubernur. Gratispol ini program luar biasa. Banyak mahasiswa yang sangat terbantu,” ungkapnya.
Namun ia juga memberikan masukan agar sistem verifikasi dan pencairan dapat berjalan lebih cepat sehingga mahasiswa tidak menunggu terlalu lama.
“Informasi dan verifikasinya harus lebih dipercepat. Supaya mahasiswa tidak bingung atau menunggu terlalu lama,” ujarnya.
Bagi Refly, Gratispol bukan sekadar program beasiswa. Ini adalah pintu untuk mengubah masa depan.
Dari rutinitas dunia kerja, ia kini kembali ke kampus dengan semangat baru dan tekad yang lebih kuat.
Dengan dukungan pemerintah, ia percaya bahwa pendidikan bukan lagi mimpi yang mahal melainkan peluang nyata yang kini sedang ia jalani langkah demi langkah, menuju masa depan yang ia bangun kembali dari awal. (Adv Diskominfo Kaltim)
Editor: Nur Alim
