infosatu.co
DISKOMINFO KALTIM

Kaltim Masih Belum Bebas Rabies, Dinas Peternakan Tekankan Vaksinasi dan Edukasi

Teks: Siti Saniatun Sa’adah, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kaltim

Samarinda, Infosatu.co – Kalimantan Timur (Kaltim) hingga kini masih berstatus belum bebas rabies. Hal ini kembali ditegaskan Siti Saniatun Sa’adah, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kaltim.

Hal itu diungkapkan dalam Seminar Kesehatan Hewan dan Vaksin Rabies Gratis yang digelar Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kaltim, Selasa, 5 Agustus 2025.

Menurutnya, strategi utama yang terus ditempuh pemerintah adalah vaksinasi massal.

Ia menyebut cakupan vaksinasi minimal harus mencapai 70 persen dari total populasi hewan penular rabies.

Saat ini, jumlah pasti populasi hewan masih dalam tahap estimasi, namun upaya vaksinasi terus digenjot agar target dapat tercapai.

Selain vaksinasi, komunikasi, edukasi, dan informasi (KIE) menjadi pilar penting lainnya. Edukasi dilakukan melalui berbagai forum, termasuk seminar seperti yang digelar DWP Kaltim, agar masyarakat memahami pentingnya menjaga kesehatan hewan peliharaan dan waspada terhadap gigitan hewan liar.

“Kalau ada sepuluh orang tergigit dalam satu wilayah, itu sudah masuk kategori wabah dan harus segera ditangani,” jelasnya.

Dia menekankan pentingnya masyarakat membantu pelaporan cepat ke Puskesmas dan dinas terkait jika ada yang terkena rabkes atau terindikasi paparan virus tersebut.

Ia menambahkan, vaksinasi saat ini masih diprioritaskan di daerah-daerah kasus, seperti Samarinda, Balikpapan, Kutai Timur, dan Kutai Barat.

Namun, masyarakat diharapkan juga mulai mandiri membawa hewan peliharaannya ke klinik atau dokter hewan untuk vaksinasi rutin.

Dia juga mengingatkan soal ancaman anjing dan kucing liar.

Menurutnya, banyak kasus bermula dari hewan yang ditelantarkan pemiliknya, lalu berkembang biak tanpa pengawasan dan tanpa vaksinasi.

Situasi ini meningkatkan potensi penyebaran rabies di lingkungan permukiman.

“Sering kali orang bosan memelihara lalu membiarkan hewan berkeliaran. Akhirnya, mereka beranak-pinak dan menjadi sumber risiko baru,” ujarnya.

Mengenai gejala rabies, dia menjelaskan bahwa hewan yang terinfeksi umumnya menunjukkan perubahan perilaku, suara, hingga kelebihan air liur.

Jika ditemukan tanda-tanda seperti itu, ia meminta masyarakat segera melapor agar dapat ditangani.

Pada manusia, gejala rabies biasanya dimulai dengan rasa sakit atau gatal di bekas gigitan, lalu berkembang menjadi demam, sakit kepala, hingga kesulitan menelan dan takut air.

Kondisi ini bisa berujung fatal bila tidak segera ditangani.

Ia menegaskan, walau gigitan hewan tampak ringan seperti goresan, tetap harus ditangani serius.

Ada kasus di Samarinda Seberang, di mana seorang warga hanya mengalami luka ringan akibat gigitan anak anjing, namun hewan tersebut kemudian mati positif rabies.

Beruntung, korban segera melapor dan mendapat penanganan.

Untuk itu, Dinas Peternakan bersama Dinas Kesehatan dan aparat kelurahan hingga RT terus memperkuat koordinasi dalam penanganan kasus rabies.

Masyarakat juga diimbau melapor ke Satpol PP atau Babinsa bila menemukan anjing dan kucing liar yang berpotensi menularkan rabies.

“Kita berharap edukasi seperti ini membuat masyarakat lebih sadar bahwa rabies bukan hal sepele. Penanganan sejak dini akan menyelamatkan banyak nyawa,” pungkasnya. (Adv/diskominfokaltim)

Editor: Nur Alim

Related posts

DWP Kaltim Tekankan Pentingnya Waspada Zoonosis dalam Seminar Kesehatan Hewan

adinda

30 Peserta Ikuti Pelatihan Pangkas Rambut Gratis, DP2KUKM Dorong Wirausaha Lokal

Adi Rizki Ramadhan

84 Pengurus DWP Hadiri Seminar Kesehatan Hewan dan Vaksin Rabies Gratis di Samarinda

adinda

Leave a Comment

You cannot copy content of this page