Banjarbaru, infosatu.co – Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) berhasil mencatat rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) atas dibentangkannya kain sasirangan terpanjang di dunia, yakni sepanjang 5,7 kilometer.
Pembentangan kain sasirangan dengan formasi Kelayang Dandang itu melibatkan partisipasi 6.000 orang, termasuk pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum.
Pencapaian ini tidak hanya menjadi kebanggaan lokal, tetapi juga mempertegas posisi Kalsel di peta budaya nasional dan internasional.
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kalsel Raudhatul Jannah mengatakan bahwa pembentangan kain sasirangan terpanjang di dunia ini merupakan bagian dari pembukaan Meratus Geopark Great Culture Carnival.
Event yang berlangsung di kawasan Perkantoran Gubernur Kalsel di Banjarbaru itu dibuka dengan meriah melalui pawai kain sasirangan. Kemudian, pertunjukan tarian tradisional, seperti Sinoman Hadrah dan tarian Mandau Telabang khas Suku Dayak.
Menurut Raudhatul, kegiatan yang berlangsung selama dua hari, mulai Selasa hingga Rabu (20-21/8/2024) ini mencerminkan kecintaan masyarakat terhadap budaya dan upaya pelestarian Geopark Meratus.
“Ini adalah wujud penghargaan kita pada warisan budaya dan kekayaan alam Meratus,” ujarnya saat membuka secara resmi event tersebut.
Perhelatan ini juga menjadi bagian dari perayaan Hari Jadi ke-74 Provinsi Kalsel dan Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas) XIV di Banjarmasin.
Rangkaian acara lain yang turut memeriahkan kegiatan ini antara lain karnaval budaya, tarian daerah, pameran UMKM, dan ekspo keanekaragaman hayati.
Tidak ketinggalan, penampilan dari band ternama Indonesia, yakni Padi Reborn turut menambah semarak suasana. Kain sasirangan sendiri adalah salah satu warisan budaya khas suku Banjar yang memiliki nilai historis dan spiritual.
Berbeda dengan batik yang lebih dikenal secara nasional, sasirangan memiliki proses produksi unik melalui teknik manyirang atau menjahit dan mewarnai kain dengan benang. Keunikan inilah yang membuat sasirangan memiliki tempat tersendiri dalam budaya Kalsel.
Konon, kain ini telah ada sejak zaman Kerajaan Dipa pada abad ke-7. Dulunya, kain ini lebih dikenal dengan sebutan Lagundi. Sasirangan dipercaya memiliki kekuatan magis untuk keperluan pengobatan dan mengusir roh jahat.
Meski saat ini nilai spiritual tersebut mulai memudar seiring dengan perkembangan zaman, kain sasirangan tetap menjadi bagian penting dari identitas masyarakat Banjar.
Di tengah arus globalisasi, kain sasirangan tidak hanya menjadi warisan budaya. Namun, juga telah dipromosikan ke mancanegara sebagai produk busana modern.
Motif-motifnya yang khas, seperti Sarigading, Ombak Sinapur Karang, dan Kambang Tampuk Manggis, masih terus dikenalkan kepada khalayak luas. Warisan ini diharapkan tetap lestari dan terus dikenang sebagai simbol kekayaan budaya Kalsel.