Samarinda, infosatu.co – Tragedi tanah longsor yang melanda kawasan permukiman Lempake, Samarinda meninggalkan duka mendalam.
Empat orang dari satu keluarga ditemukan tertimbun tanah longsor dan dikonfirmasi telah meninggal dunia.
Proses pencarian yang berlangsung pada Senin, 12 Mei 2025 di Gang Bulutangkis, Jalan Girirejo Belimau, Samarinda Utara, melibatkan berbagai unsur.
Mulai dari Pemadam Kebakaran (Damkar), Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), relawan, hingga Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas).
Korban pertama yang ditemukan adalah sang ibu, Hamdana, pada hari Senin.
Selang beberapa jam, turut ditemukan anak korban, seorang laki-laki, Nasrul yang ditemukan dalam posisi terbaring. Kedua korban dikonfirmasi telah meninggal dunia.
Evakuasi dilanjutkan pada Selasa, 13 Mei 2025, dan dua anak perempuan yang masing-masing berusia 17 dan 14 tahun berhasil dievakuasi dari dalam rumah.
Posisi korban masih berada di tempat tidur, salah satunya ditemukan pukul 10.52 dan satu lagi pukul 11.07
Kedua jenazah langsung dilarikan ke Rumah Sakit Abdul Wahab Syahranie (AWS) untuk penanganan lebih lanjut.
“Yang dua terakhir itu adik-adik perempuan, ditemukan di kamar dalam posisi baring. Sebelumnya yang laki-laki anaknya dan ibunya ditemukan lebih dulu,” ujar Supriadi, operator PUPR yang terlibat dalam proses evakuasi.
Diduga longsor terjadi pada Senin, sekitar pukul 5 pagi, saat kawasan itu diguyur hujan deras sejak malam. Sang ayah selamat karena saat kejadian sedang berada di empang.
“Kepala rumah tangganya subuh-subuh mau berangkat mancing. Anak laki-lakinya baru datang dari Balikpapan,” katanya.
“Rumah tiba-tiba ambruk, nggak sempat lari karena mati lampu dan semua gelap,” ungkap salah seorang warga.
Supriadi juga mengungkapkan bahwa kawasan ini bukan tanah asli, tapi tanah buangan, karena terlihat dinding rumah warga sudah banyak retak, bahkan air sudah mulai keluar dari sela-sela rumah.
Proses pencarian berlangsung cukup sulit akibat akses lokasi yang dipenuhi oleh lumpur endapan.
Wali Kota Samarinda, Andi Harun, turut hadir dalam proses evakuasi lanjutan dan menyampaikan belasungkawa mendalam.
Ia mengingatkan warga untuk tidak membangun rumah di kawasan rawan.
“Rata-rata struktur tanah kita tidak hanya di Samarinda ya, di Kalimantan Timur, itu tanahnya berpasir dan dibawahnya ada lempung,” katanya.
“Jadi kita harus berhati-hati terutama warga yang masih berdiam di sekitar bukit atau gunung,” jelas Andi Harun.
“Warga bisa mempelajari dengan cermat keadaan di sekitarnya karena bisa jadi bukit itu sudah mengandung air di dalamnya dan kita tidak ingin kejadian-kejadian seperti ini berulang,” tegasnya.