Samarinda, infosatu.co – Jumlah angkutan umum di Kota Samarinda kian berkurang.
Pemerintah Kota (Pemkot) menyatakan bahwa beberapa trayek angkutan kini sudah tidak aktif, disebabkan oleh kondisi kendaraan yang tidak lagi layak digunakan serta minimnya minat para operator untuk tetap beroperasi.
Data terbaru dari Dinas Perhubungan (Dishub) Samarinda menunjukkan bahwa hanya sekitar 220 unit angkutan umum yang masih beroperasi.
Dari total 19 trayek yang tercantum dalam Surat Keputusan (SK) Wali Kota, sebagian di antaranya sudah tidak lagi berfungsi karena tidak ada kendaraan yang melayani.
“Dari pengecekan terakhir, jumlah angkot yang masih beroperasi sekitar 220-an. Tapi dari 19 trayek yang ada di SK itu, ada beberapa yang sudah tidak berjalan karena memang tidak ada angkutan yang melayani,” ujar Kepala Bidang Angkutan Dishub Samarinda, Ayatullah Khomeini, saat diwawancarai, Kamis, 10 April 2025.
Ia menjelaskan bahwa penyebab utama penurunan jumlah angkot ini adalah kondisi kendaraan yang sudah uzur serta kendala yang dihadapi pemilik angkot dalam memperpanjang izin operasional.
Salah satu syarat utama perpanjangan izin adalah uji KIR, yaitu pemeriksaan teknis untuk memastikan kelayakan kendaraan, termasuk rem, lampu, dan aspek keselamatan lainnya.
Selain ketentuan usia maksimal kendaraan yang dibatasi hanya sampai 10 tahun, Ayatullah mengungkapkan bahwa persyaratan teknis dan biaya perawatan menjadi tantangan tersendiri bagi para pengusaha angkot.
“Mungkin untuk pemenuhan syarat-syarat inilah yang agak sulit dari si pengusaha angkot,” ujarnya.
Sebagai langkah antisipasi, Pemkot Samarinda berencana menyesuaikan kebijakan transportasi, seiring dengan rencana pengoperasian moda transportasi massal dalam waktu dekat.
Dishub pun menyatakan kesiapan untuk berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, termasuk sekolah dan operator angkot, guna mendukung proses transisi sistem.
“Nanti kalau sudah ada angkutan massal, mungkin kita akan berkoordinasi dengan sekolah-sekolah atau memanggil operator untuk menyampaikan peralihan sistem,” katanya.
Fenomena menurunnya jumlah angkutan umum ini menjadi sinyal perlunya pembaruan dalam sistem transportasi perkotaan.
Dishub berharap kehadiran transportasi massal nantinya bisa menjadi solusi jangka panjang atas kebutuhan mobilitas masyarakat Samarinda.