infosatu.co
Samarinda

Gagal Panen, Petani di Betapus Rugi Jutaan Rupiah Akibat Banjir

Teks : Elizabeth, petani perempuan yang gagal panen dikarenakan banjir di wilayah Betapus, Lempake

Samarinda, infosatu.co – Banjir yang merendam kawasan Betapus, Samarinda Kalimantan Timur (Kaltim), kembali menimbulkan kerugian besar bagi para petani.

Teks : Kondisi Sawah yang Tergenang Air Banjir di wilayah Betapus, Lempake

Salah satu yang terdampak adalah Elizabeth, petani perempuan asal Toraja Sulawesi Selatan (Sulsel) yang telah menetap di Samarinda sejak 1983.

Ia kehilangan hampir seluruh hasil tanamannya hanya satu minggu sebelum masa panen tiba.

“Ini tinggal seminggu panen, tapi air keburu datang. Kena semua,” ujarnya saat ditemui di lahan pertaniannya yang masih basah di Kawasan Betapus Lempake pada Selasa, 13 Mei 2025.

Hari itu, Elizabeth terlihat sedang melempar jala bersama cucunya di sawah yang tergenang. Mereka mencari ikan seperti sepat, lele, dan nila bukan untuk dijual seperti banjir sebelumnya, tapi untuk dimakan.

Elizabeth menggarap lahan pinjaman di kawasan Betapus setelah lahan sebelumnya tak bisa lagi digunakan.

Ia menanam berbagai jenis sayuran seperti sawi, bayam, dan kangkung. Modal yang dikeluarkan, termasuk untuk bibit dan tenaga kerja, cukup besar.

“Yang nyangkul aja sehari 120 ribu, belum lagi beli bibit sawi satu bungkus 30 ribu sampai 35 ribu,” ungkapnya.

Satu bungkus bibit sawi biasanya bisa menghasilkan 50–100 ikat, dengan harga jual rata-rata Rp2.000 per ikat. Namun karena banjir, Elizabeth hanya sempat memanen 10 ikat.

“Baru balik modal bibitnya saja saya ini,” tuturnya.

Meski begitu, ia masih bersyukur kangkung yang baru seminggu ditanam kemungkinan masih bisa dipanen. Berbeda dengan sawi dan bayam yang tak tahan genangan.

“Kangkung tahan air, kemarin saya sempat jual 4 ikat 10 ribu di pinggir jalan. Laku juga,” katanya.

Banjir disebutnya terjadi karena air dari arah kota tidak bisa mengalir keluar.

“Air dari Samarinda masuk, tapi air di sini nggak bisa turun ke sana. Jadi mutar saja terus,” katanya sambil menunjuk parit yang tak lagi berfungsi optimal.

Menurutnya, saluran air itu sudah lama tidak dibersihkan.

“Dulu tiga bulan sekali dibersihkan, sekarang sudah satu tahun nggak pernah. Malah katanya mau dibangun jadi toko,” sambungnya.

Elizabeth tinggal di Gang Tagur dan sehari-hari bertani. Suaminya juga membantu menyemprot tanaman karena kondisi fisik Elizabeth yang tidak memungkinkan.

“Saya habis operasi, jadi nggak kuat angkat semprotan,” katanya.

Ia juga sering menitipkan hasil panen ke warung-warung sekitar atau menjual langsung ke pembeli yang lewat di sekitar kafe dekat lahan yang dipinjamnya.

Total kerugian yang dialaminya kali ini diperkirakan lebih dari dua juta rupiah.

“Belum termasuk tenaga, pupuk, dan biaya lain. Sayang, padahal lahan ini baru saya garap,” tuturnya.

Elizabeth mengaku ingin memanfaatkan lahan yang belum terjual itu lebih maksimal jika memungkinkan.

“Kalau masih bisa pinjam, saya mau bikin kios-kios sayur kecil. Banyak juga yang tanya langsung kalau saya panen,” katanya.

Related posts

KSE Unmul dan IYD Kaltim Berkolaborasi Dorong Literasi Keuangan Anak Muda

Rosiana

Finsight: Youth Tour to OJK Kaltimtara Fokus pada Anti-Scam dan Perlindungan Konsumen

Rosiana

GEMAR, Kolaborasi Horison Samarinda dan Mahasiswa Unmul Selamatkan Lingkungan

Rosiana

Leave a Comment

You cannot copy content of this page