
Kukar, infosatu.co – Perempuan dinilai memiliki peran strategis dalam mendukung pengelolaan sampah di lingkungan rumah tangga.
Hal itu menjadi dasar Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menggandeng Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) serta Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kukar.
Langkah tersebut merupakan bagian dari upaya pemerintah daerah mewujudkan program Kukar “one zero waste”.
Melalui kerja sama ini, DLHK berharap para ibu dapat menjadi agen perubahan dalam mengelola sampah sejak dari sumbernya, terutama di tingkat rumah tangga.
Sekretaris DLHK Kukar, Taupiq, menyampaikan bahwa keterlibatan perempuan sangat penting dalam mengedukasi sekaligus menggerakkan keluarga untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
“Jadi ibu-ibu kita ajak bersama-sama kurangi sampah mulai dari rumah tangga maupun di lingkungan,” ujar Taupiq usai workshop pengelolaan sampah yang digelar di Kantor DLHK Kukar, Selasa, 30 September 2025.
Taupiq menjelaskan, sampah tidak semestinya dibuang begitu saja. Masyarakat perlu memahami klasifikasi sampah, mulai dari organik, anorganik hingga limbah bahan beracun dan berbahaya (B3).
Menurutnya, pemahaman ini menjadi pintu awal dalam mendorong praktik pengelolaan yang lebih bertanggung jawab.
Ia mencontohkan, minyak jelantah yang biasanya dianggap limbah bisa diolah menjadi lilin. Sampah organik basah dapat diubah menjadi pupuk kompos, sedangkan sampah anorganik bisa dikreasikan menjadi produk bernilai ekonomi, seperti suvenir maupun paving blok.
“Dengan begitu, sampah bukan lagi dianggap beban, melainkan dapat mendatangkan manfaat bagi masyarakat,” tuturnya.
Dalam kegiatan tersebut, peserta workshop mendapat pemaparan materi dari sejumlah narasumber mengenai cara memilah dan mengolah sampah sesuai kategori.
Taupiq menekankan bahwa pengetahuan ini akan lebih bermanfaat jika benar-benar diterapkan di kehidupan sehari-hari.
“Mudah-mudahan ibu-ibu bisa menyerap dan menerapkannya,” kata Taupiq.
DLHK Kukar optimistis, dengan melibatkan kelompok perempuan seperti PKK dan DWP, program pengelolaan sampah akan lebih cepat terwujud.
Sebab, peran ibu dinilai efektif dalam mengubah kebiasaan keluarga, khususnya dalam mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan mengoptimalkan pemanfaatan kembali barang yang masih bernilai guna.
Upaya ini juga sejalan dengan visi Kabupaten Kutai Kartanegara untuk membangun daerah yang berkelanjutan, dengan memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan masyarakat dan kelestarian lingkungan. (Adv)
