Samarinda, infosatu.co – Finalis Puteri Muslimah Nusantara 2025 didorong untuk memperkuat etika bermedia sosial dari Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kalimantan Timur (Kaltim).
Kegiatan ini digelar di Hotel Aston pada Kamis, 20 November 2025. Materi literasi digital ini diberikan untuk membekali peserta sebagai figur publik yang akan berpengaruh di ruang digital.
Dalam paparannya, narasumber dari Dinas Komunikasi dan Informatika Kaltim, Penelaah Teknis Kebijakan, Dafa Ezra menjelaskan dasar-dasar penggunaan media sosial, termasuk pengertian serta risiko penyalahgunaannya.
“Media sosial itu adalah ruang berinteraksi di internet. Hampir semua dari kita pasti memiliki akun, mulai dari Instagram, Facebook, X, hingga platform lain seperti Roblox,” jelasnya.
Ia juga memaparkan data digital di Indonesia. Dari total populasi 278,7 juta jiwa, terdapat 353,8 juta perangkat seluler yang terhubung, menunjukkan bahwa banyak masyarakat memiliki lebih dari satu perangkat.
Sementara itu, pengguna internet mencapai 185,3 juta jiwa dan pengguna media sosial 139 juta.
“Waktu rata-rata penggunaan internet di Indonesia mencapai tujuh jam per hari. Dari waktu tersebut, lebih dari tiga jam digunakan untuk mengakses media sosial,” tambahnya.
Dafa Ezra menekankan pentingnya memahami etika bermedia sosial, mulai dari memeriksa kebenaran informasi, menghindari ujaran kebencian, hingga tidak ikut menyebarkan hoaks.
“Saring sebelum sharing. Finalis Puteri Muslimah harus menjadi teladan dalam menyebarkan informasi yang baik dan benar,” tegasnya.
Ia mencontohkan isu telur plastik hingga pesan berantai yang kerap menyesatkan masyarakat.
Selain etika, peserta juga dibekali pemahaman tentang keamanan digital.
Dafa Ezra menjelaskan berbagai bentuk kejahatan siber seperti hacking, penipuan daring, malware, pencurian data, hingga kebocoran data pribadi yang pernah menimpa berbagai institusi, termasuk lembaga pemerintah.
“Data pribadi sangat berharga. Data bisa digunakan untuk membuka akun palsu, pinjaman online, sampai penipuan. Data sama dengan uang,” ujarnya.
Finalis juga diingatkan untuk berhati-hati membagikan cerita pribadi di media sosial. Menurutnya, tidak semua hal layak dipublikasikan.
“Media sosial merekam kepribadian kita. Jika sering membagikan hal negatif, orang akan menilai buruk di dunia nyata,” pesannya.
Materi kemudian dilanjutkan dengan edukasi perlindungan perangkat digital, termasuk pentingnya memperbarui sistem, mengunduh aplikasi dari sumber resmi, menghindari penggunaan WhatsApp modifikasi, menggunakan antivirus, serta wajib mengaktifkan autentikasi dua faktor (2FA).
“Tanpa 2FA, akun bisa diretas dalam hitungan menit,” jelasnya.
Ia juga turut mengingatkan pentingnya penggunaan kata sandi yang kuat dan tidak mudah ditebak. Kata sandi harus dirahasiakan dan tidak boleh dibagikan kepada siapa pun.
Ia mencontohkan sejumlah kasus penyalahgunaan akun akibat kata sandi yang diketahui pasangan atau teman.
Pembekalan ini diharapkan dapat memperkuat literasi digital para finalis sehingga mampu menjadi duta anti-hoaks, panutan beretika, serta pribadi yang cerdas dan aman dalam bermedia sosial.
“Kalian adalah role model. Masyarakat melihat dan meniru. Gunakan media sosial untuk menyebarkan kebaikan dan informasi yang benar,” tutup narasumber.
