
Kukar, infosatu.co – Bank Sampah Al Hidayah di Kelurahan Maluhu, Kecamatan Tenggarong, giat melakukan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan sampah.
Langkah itu tidak hanya menyasar warga sekitar, tetapi juga melibatkan sekolah dan kelompok anak muda agar kesadaran terhadap lingkungan tumbuh sejak dini.
Ketua Bank Sampah Al Hidayah, Sugiarto, menjelaskan bahwa kegiatan edukasi telah rutin berjalan dengan pola kunjungan terjadwal.
“Untuk edukasi, setiap Sabtu atau Minggu kami menerima kunjungan anak-anak sekolah. Misalnya dari PAUD, pramuka, hingga mahasiswa,” katanya.
“Anak-anak TK dan SD dikenalkan tentang jenis sampah dan cara mengolahnya. Untuk pramuka dan ibu-ibu, ada pelatihan membuat lilin,” kata Sugiarto.
Menurutnya, kehadiran lembaga pendidikan dalam program bank sampah cukup strategis. Pihaknya menjalin kerja sama dengan sekolah-sekolah melalui nota kesepahaman.
Salah satu bentuk kerja sama itu berupa dorongan agar sekolah mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
“Kami mendorong sekolah agar mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menggantinya dengan tumbler dan tempat makan sendiri. Karena sekolah juga menjadi salah satu penyumbang sampah terbesar,” ujarnya.
Upaya tersebut bukan tanpa tantangan. Sebagian besar pengelolaan bank sampah membutuhkan komitmen kuat dari para pengurus dan relawan.
Sugiarto menegaskan bahwa mentalitas dan konsistensi menjadi kunci agar bank sampah tetap berjalan.
“Pesan saya kepada kelompok bank sampah lain yang mungkin belum berjalan maksimal: jangan pernah bosan melakukan sosialisasi,” katanya.
“Pengurus bank sampah harus siap ‘sedikit gila’ di saat orang membuang sampah, kita yang mengambil, memilah, dan mengolahnya hingga bernilai,” tuturnya.
Bank Sampah Al Hidayah menempatkan pendidikan lingkungan sebagai langkah jangka panjang dalam mengatasi persoalan sampah.
Anak-anak diajak mengenal sejak dini bahwa sampah bukan sekadar barang buangan, melainkan bisa menjadi sumber nilai ekonomi bila dikelola dengan benar.
Sementara bagi kalangan dewasa, keterampilan tambahan seperti membuat lilin diharapkan menjadi peluang usaha kecil berbasis daur ulang.
Meski baru terikat kerja sama dengan sekolah, bank sampah ini terus berupaya memperluas jaringan.
Harapannya, kesadaran mengurangi sampah plastik tidak berhenti di ruang kelas, tetapi berlanjut hingga ke rumah tangga dan lingkungan sekitar.
Program yang dijalankan Bank Sampah Al Hidayah menjadi contoh bahwa persoalan sampah tidak hanya bisa diselesaikan dengan teknologi atau infrastruktur, melainkan juga dengan mengubah perilaku masyarakat.
Melalui konsistensi edukasi, kebiasaan lama membuang sampah sembarangan perlahan diarahkan menjadi budaya memilah dan mengolah yang lebih bertanggung jawab. (Adv)