Kutim, infosatu.co – Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kutai Timur (DPPKB Kutim), Kalimantan Timur Ronny Bonar H Siburian memproyeksikan penurunan angka stunting kabupaten tersebut sebesar 5 hingga 6 persen pada tahun 2023.
Proyeksi itu sama dengan penurunan angka stunting pada tahun sebelumnya. Menurutnya, pada tahun 2022 angka stunting di Kutim masih cukup tinggi dengan angka 24,7 persen. Jumlah itu mengalami penurunan dibandingkan tahun 2021 yang mencapai 27,4 persen.
“Capaian tersebut menunjukkan penurunan yang signifikan, sekitar 5 sampai 6 persen dari tahun sebelumnya,” ungkap Ronny Bonar beberapa waktu lalu.
Proyeksi target penurunan angka stunting di Kutim itu masih di bawah target, yakni pada angka kurang dari 20 persen. Namun, untuk mencapainya bukanlah suatu tugas. Apalagi, secara nasional angka stunting ditargetkan 14 persen pada tahun 2024.
Untuk mewujudkannya, Ronny Bonar menyatakan perlunya kerja sama lintas sektor dan fasilitas pendukung, seperti Balai Penyuluh Keluarga Berencana.
“Balai Penyuluh Keluarga Berencana sangat penting, terutama di 8 dari 18 kecamatan. Tempat ini menjadi basis untuk menyosialisasikan kegiatan-kegiatan yang mendukung penurunan angka stunting,” jelasnya.
Kendati demikian, pihak DPPKB Kutim juga tengah mengintensifkan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya Posyandu. Hal ini dilakukan karena tingkat kunjungan warga ke Posyandu masih rendah yang hanya mencapai 38 persen.
Melalui para penyuluh, Ronny Bonar juga mengampanyekan kegiatan bulan timbang dan pengukuran bayi sebagai langkah preventif.
“Kami mendorong aktivitas kader seperti PKK dan TPK untuk lebih proaktif dalam mensosialisasikan Posyandu serta mengajak lebih banyak masyarakat untuk menjadi peserta program akseptor,” tambahnya.
Ronny Bonar berharap langkah konkret ini dapat meraih capaian yang lebih baik dalam menangani masalah stunting. Juga, dapat memberikan kontribusi positif terhadap target nasional pada tahun-tahun mendatang.