Samarinda, infosatu.co – Gubernur Kaltim Isran Noor menyebut di seluruh dunia yang telah berhasil menurunkan emisi karbon dioksida hanya di Indonesia.
“Ada di Kalimantan Timur,” kata Isran dalam acara Penganugerahan Penghargaan Proper, Adiwiyata dan Kalpataru dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2023 “Solusi Untuk Polusi Plastik” di Hotel Mercure Samarinda, Kamis (15/6/2023).
Isran menegaskan, di samping memiliki peran besar dalam mendapatkan devisa negara, Kaltim juga tak lupa tetap menjaga lingkungan.
Ketua Umum APPSI itu mengungkapkan, dari penurunan emisi itu Kaltim mendapat bayaran sebesar USD 110 juta atau setara Rp1,6 triliun walaupun yang dibayar oleh World Bank adalah 22 juta ton karbon dioksida ekuivalen dari 32 juta ton yang sudah terukur dan divalidasi oleh Dinas Lingkungan Hidup.
“Dan itu sudah dikonversi dengan harga lima dollar per ton karbon dioksida ekuivalen. Lumayan daripada tidak ada duit dan itu paling besar dibayar,” ucapnya.
Sementara 10 juta ton sisanya, lanjut Isran, tidak masuk di dalam emission reduction payment agreement antara pemerintah dengan World Bank, namun telah disepakati akan dibayar USD 30 dollar per ton dengan pihak lain.
Ia mengaku dirinya telah membicarakan sisa 10 juta ton dengan pimpinan World Bank untuk menindaklanjuti apakah dengan b to b ataupun dengan lelang.
“Hampir tambahannya itu Rp5,4 triliun untuk Kaltim, sedang dalam proses. Kalau lelang bisa di atas USD 30 per ton, tapi yang sekarang disepakati USD 30,” sebutnya.
Ia pun menceritakan mengapa bisa terjadi pembayaran USD 110 juta, dimana pada saat Conference of the Parties ke-26 (COP26) di Glasgow, Skotlandia. Dirinya membaca 10 tahun janji oleh negara-negara yang paling banyak industrinya dan paling merusak lingkungan tidak pernah berhasil melakukan komitmennya.
“Suatu masa saat saya diberi kesempatan ngomong, pada November 2021, saya bilang kalau negara-negara yang sudah memilki komitmen ingin membayar kompensasi kepada negara yang berhasil menurunkan emisi gas buangnya tidak melaksanakannya, pulang saya dari Glasgow saya akan babat hutan itu, saya bakar,” ungkapnya.
Kemudian lima bulan setelah dirinya pulang dari Glasgow, keluar pemberitahuan akan dibayar penurunan emisi tersebut.
“Harus main gretak karena kalau kita bakar hutan ini, kita habisi yang tenggelam duluan itu di sana, Eropa. Gaer (takut), padahal mana aku mau menebang hutan beneran tapi memang itu menakutkan. Itulah yang dibayar Rp1,6 triliun,” ujarnya.