Kukar, infosatu.co – Langkah strategis dan inovatif terus ditunjukkan PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS) dalam menjaga ketahanan energi nasional.
Hingga menjelang akhir Semester I tahun 2025, PHSS berhasil melampaui target produksi minyak dan gas dengan capaian 14 ribu barel minyak per hari (BOPD) dan 105 juta standar kaki kubik gas per hari (MMSCFD).
Angka ini melampaui target RKAP, yaitu 104 persen untuk minyak dan 112 persen untuk gas.
Manager Production & Project Zona 9 Subholding Upstream Pertamina, Mochamad Fariz menyatakan bahwa kinerja ini diraih melalui inovasi dan penerapan teknologi tepat guna yang dilakukan secara konsisten oleh tim PHSS.
“Di PHSS, kami terus berupaya mencari cara-cara baru dalam mengoperasikan lapangan, termasuk implementasi berbagai teknologi yang sesuai karakteristik lapangan,” jelas Fariz beberapa waktu lalu.
Ia menambahkan bahwa sinergi dan penerapan teknologi ini berhasil meningkatkan recovery rate dan keekonomian lapangan migas yang dikelola.
Field Manager PHSS, Widhiarto Imam Subarkah, menyebut pencapaian ini sebagai hasil kolaborasi solid antara perusahaan, pekerja, pemerintah, dan para pemangku kepentingan dalam menjaga keberlanjutan produksi energi nasional.
“Salah satu kunci keberhasilan kami adalah kolaborasi dengan seluruh pihak, mulai dari penerapan teknologi pengangkatan minyak seperti Permanent Coiled-Tubing Gas Lift (PCTGL), hingga metode baru seperti Thru-Tubing Electric Submersible Pump (TTESP),” ujarnya.
Teknologi PCTGL memanfaatkan tekanan gas tinggi melalui pipa fleksibel permanen, sementara TTESP adalah pompa listrik kecil yang digunakan pada sumur dengan tekanan rendah. Keduanya terbukti efektif dalam mendukung pengangkatan minyak di sumur-sumur marginal.
Untuk gas, PHSS menerapkan strategi reaktivasi sumur gas siklis serta penggunaan surfaktan guna mempercepat pemisahan gas dari air. Perusahaan juga mengoperasikan wellhead compressors dan Flared-Gas Recovery Compressors (FGR) agar gas sisa yang biasanya dibakar (flaring) bisa dimanfaatkan kembali.
“Pemanfaatan kompresor-kompresor ini diatur secara optimal, termasuk dengan cara memindahkannya antarlapangan sesuai kebutuhan dan rencana pengembangan wilayah kerja yang sedang berjalan,” tutup Imam