infosatu.co
Samarinda

Harga Bawang Merah Naik, Petani Keluhkan Kendala Distribusi dari Pulau Jawa

Teks: Poktan Kedoyan Yang Memasarkan Produk Hasil Tani Sendiri di Festival UMKM

Samarinda, infosatu.co – Kenaikan harga komoditas pangan terus dirasakan masyarakat, termasuk oleh petani lokal.

Keluhan petani lokal tersebut, terungkap dari mereka yang ikut berpartisipasi dalam Festival UMKM dan Gerakan Pangan Murah dalam rangkaian Rapat Kerja Nasional (Rakernas) X dan Hari Kesatuan Gerak (HKG) PKK ke-53.

Festival UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) dan Gerakan Pangan Murah ini digelar di Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim).

Maryana, perwakilan Kelompok Tani (Poktan) Kedoyan dari Kelurahan Loa Ipuh Darat, Kecamatan Tenggarong, menyebutkan bahwa harga bawang merah mengalami kenaikan signifikan.

Diungkapkan, dari sebelumnya seharga Rp35 ribu per kilogram menjadi Rp43 ribu per kilogram.

“Sekarang satu kilo bawang merah sudah Rp43 ribu, padahal sebelumnya hanya Rp35 ribu. Naiknya lumayan jauh,” ungkapnya saat ditemui di stan Gerakan Pangan Murah, Senin, 7 Juli 2025.

Menurutnya, berdasarkan informasi yang beredar di kalangan petani, kenaikan harga tersebut disebabkan oleh pembatasan muatan truk logistik dari Pulau Jawa, yang berdampak langsung pada biaya angkut dan harga jual barang kebutuhan pokok di pasar lokal.

“Katanya truk dari Jawa itu sekarang dibatasi muatannya, nggak boleh berlebihan. Jadi, ongkos kirimnya mahal, dan harga jualnya naik,” jelasnya.

Meskipun tidak secara langsung menangani jalur distribusi antar-pulau, Maryana dan kelompok taninya tetap merasakan imbas dari kenaikan harga tersebut, terutama karena bahan baku seperti bawang merah masih banyak dipasok dari luar daerah.

Dalam festival yang berlangsung di halaman parkir Gelora Kadrie Oening, Samarinda, Maryana dan Poktan Kedoyan menjual berbagai hasil pertanian segar, termasuk bawang merah dan cabai.

Meskipun sebagian besar produknya berasal dari hasil kebun sendiri, sebagian lainnya tetap bergantung pada pasokan dari petani atau pedagang mitra di luar daerah.

“Kalau sayuran kebanyakan dari kelompok kami sendiri, tapi untuk yang lain seperti bawang merah, ada juga dari luar. Jadi, ketika harga di luar naik, kami juga kena dampaknya,” ucapnya.

Ia menekankan pentingnya peran pemerintah dalam membantu menstabilkan harga dan menjamin kelancaran distribusi pangan, terutama menjelang momen-momen besar seperti festival nasional atau hari raya.

Menurutnya, petani kecil sulit bersaing jika tidak dibantu dalam hal logistik dan pengaturan harga.

“Kami ini petani kecil, kalau biaya kirim mahal dan harga bahan baku naik, sulit juga menyesuaikan. Harapannya pemerintah bisa bantu atur jalur distribusi dan harga supaya nggak terlalu berat,” katanya.

Festival UMKM dan Gerakan Pangan Murah yang berlangsung dari 7 hingga 9 Juli 2025 ini memang menjadi ajang penting bagi petani dan pelaku usaha lokal untuk menjangkau langsung konsumen.

Namun, di sisi lain, event ini juga memperlihatkan tantangan nyata yang dihadapi para petani dalam menjaga keberlanjutan usaha mereka di tengah naik turunnya harga dan ketidakpastian logistik.

Dengan harapan adanya perbaikan sistem distribusi dan dukungan dari pemerintah, dia berharap agar petani di Kalimantan Timur bisa tetap produktif dan bersaing secara sehat di pasar.

“Kalau distribusi lancar dan harga stabil, petani pun lebih semangat menanam dan menjual,” pungkasnya.

Related posts

Petani Tenggarong Ambil Bagian di Festival UMKM, Bawa Sayur Segar dari Ladang Sendiri

adinda

Unmul Samarinda Tuan Rumah Mukernas BEM se-Indonesia XI, Delegasi 18 Wilayah Kumpul

adinda

Penembakan THM, Keluarga Dedy Bantah Kaitan Kasus 2021, Minta Pulihkan Nama Baik

Adi Rizki Ramadhan

Leave a Comment

You cannot copy content of this page