Samarinda, infosatu.co – Semangat pelestarian budaya di Kalimantan Timur terus digelorakan oleh UPTD Taman Budaya yang berada di bawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Kalimantan Timur.
Salah satu fokus utama lembaga ini adalah menghidupkan kembali musik-musik tradisional daerah yang mulai terlupakan, dengan cara melibatkan generasi muda sebagai pelaku utama dalam pelestarian dan pengembangannya.
Kepala UPTD Taman Budaya Kaltim, H. Moh Herdiansyah, menyampaikan bahwa keberadaan berbagai jenis musik tradisi khas Kalimantan Timur saat ini berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan.
Beberapa di antaranya adalah musik sape, musik keraton, musik Banjar, dan bentuk-bentuk lain dari seni musik lokal yang selama ini menjadi identitas budaya masyarakat setempat.
Sayangnya, tantangan pelestarian tersebut bukan hanya pada minimnya panggung atau ruang tampil, tetapi juga berhadapan langsung dengan berkurangnya minat dari kalangan muda.
Musik tradisional dianggap tidak relevan dan tidak sepopuler genre musik modern seperti pop, hip-hop, atau K-pop yang mendominasi ruang hiburan anak muda saat ini.
“Anak-anak muda sekarang cenderung tertarik ke musik modern. Jadi bagaimana kita bikin mereka tertarik ke musik tradisi? Kuncinya adalah dikreasikan tanpa menghilangkan akar budayanya,” ujarnya usai pelaksanaan kegiatan Pentas Musik dan Tari Kreasi pada Kamis, 26 Juni 2025.
Sebagai bentuk nyata dari komitmen tersebut, Taman Budaya secara aktif menggelar program pembinaan seni melalui pelibatan sekolah, komunitas, hingga sanggar seni.
Mereka diberi kesempatan untuk belajar, berlatih, dan tampil secara terbuka di panggung milik Taman Budaya.
Yang menarik, seluruh kegiatan ini disediakan secara gratis oleh pemerintah.
“Kami tidak memungut biaya. Latihan gratis, tampil juga gratis. Asal mereka jaga kebersihan dan disiplin. Semua fasilitas terbuka untuk umum, selama niatnya serius dan punya semangat belajar,” tambahnya.
Taman Budaya kini menjadi rumah kreatif bagi lebih dari selusin sanggar seni aktif yang tersebar di Samarinda dan sekitarnya.
Dalam kegiatan sehari-hari, para peserta tidak hanya diajarkan teknik dasar bermusik dan menari, tetapi juga diajak memahami filosofi, sejarah, dan nilai budaya yang terkandung di balik setiap karya seni yang mereka tampilkan.
Menurut Herdiansyah, program pembinaan ini tidak hanya menjadi sarana pelestarian budaya, tetapi juga sebagai strategi pendidikan karakter dan penanaman nilai-nilai positif kepada remaja.
Seni, katanya, memiliki kekuatan untuk membentuk kedisiplinan, kerja sama, dan rasa hormat terhadap tradisi.
“Kalau anak muda sudah sibuk berkesenian, mereka tidak akan punya waktu untuk terlibat hal-hal negatif. Ini juga bagian dari pencegahan kenakalan remaja,” tegasnya.
Lebih lanjut, karya seni dari anak-anak muda yang dibina di Taman Budaya telah berhasil menembus panggung tingkat nasional bahkan internasional.
Ini menjadi bukti bahwa jika diberikan ruang dan dukungan, potensi generasi muda di bidang seni budaya bisa berkembang secara luar biasa.
Ke depan, pihaknya menargetkan agar lebih banyak sekolah dan komunitas dilibatkan dalam kegiatan pelestarian musik tradisi.
Harapannya, seni lokal tidak hanya sekadar menjadi warisan yang dipamerkan saat perayaan, tetapi juga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat modern.
“Kita ingin budaya lokal hidup berdampingan dan saling menguatkan dengan budaya modern. Inilah identitas kita,” pungkasnya. (Adv/Diskominfokaltim)
Editor : Nur Alim