Balikpapan, infosatu.co – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman bersama Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) Rudy Mas’ud menghadiri Rapat Koordinasi (Rakor) Luas Tambah Tanam dan Optimalisasi Lahan di Balikpapan, Rabu, 7 Mei 2025.
Dalam pidatonya Andi Amran menargetkan Kalimantan Timur tahun depan paling lama mencapai swasembada pangan.
Dimana pada tahun 2024 Badan Pusat Statistik Kaltim mencatat luas panen padi mencapai 63,04 ribu hektare dengan produksi padi sebanyak 249,64 ribu ton Gabah Kering Giling (GKG), angka ini meningkat 9,99 persen dibandingkan tahun 2023.
“Kaltim tidak lagi mengambil beras dari tempat lain, tapi akan memberi beras ke tempat lain. Kami siapkan anggaran minimal 500 miliar untuk mencapai swasembada pangan Kaltim,” pungkasnya.
Ia menjelaskan langkah pertama yang akan dilakukan yaitu Optimalisasi Lahan (Oplah) akan dipercepat, pupuk diamankan, dimana harus mencukupi, dengan irigasi yang perlu diperbaiki, target yang dicapai yaitu 2 tahun paling lambat serta kebutuhan beras yang harus dipenuhi kurang lebih 450 ribu ton.
BPS Kaltim melaporkan produksi beras Kalimantan Timur untuk konsumsi pangan penduduk mencapai 145,21 ribu ton.
Andi Arman menegaskan bahwa Oplah ini tidak akan menambah angka deforestasi dan alih-alih fungsi di Kalimantan Timur.
“Yang namanya Oplah itu sawah tanam satu kali, berarti gak ada hubungannya dengan hutan,” tegasnya.
Lebih lanjut, Kementerian Pertanian bersama dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur mencoba mencari lahan yang tidak produktif untuk dijadikan sawah sebagai sumber swasembada pangan di Kalimantan Timur.
Andi menambahkan dalam hal pemanfaatan eks tambang dan eks perkebunan sebagai Oplah akan dikoordinasikan lebih lanjut oleh Pemprov Kaltim sebagai yang berwenang pada daerah otonomnya.
Ia mempertegas bahwa dalam pengolahan Oplah ini akan menggunakan teknologi pertanian yang mumpuni agar milenial ikut serta.
Hal ini selaras dengan program Kementerian Pertanian yaitu Petani Milenial yang akan mengajak generasi yang lahir di tahun 1981 hingga 1996 untuk turut andil dalam peningkatan swasembada pangan nasional.
Ia menambahkan tantangan terutama dalam penyuksesan program ini yaitu perubahan iklim yang menjadi tren global.
“Dan ingat di era sekarang, climate change, perubahan iklim membuat negara kita kesulitan pangan, Indonesia penduduk nomor 4 dunia, 288 juta harus pangannya terpenuhi,” katanya.
“Namun, sekarang kita sudah buktikan iklim ekstrim tahun lalu, justru membuat kita semakin kuat, semakin cerdas, membuat produksi chili melonjak,” jelasnya dengan penuh antusias.
Gubernur Kalimantan Timur, Rudy Mas’ud mendukung pemenuhan mandat dari kebijakan Presiden tersebut. Ia menambahkan ratusan ribu hektare lahan berpotensial untuk lumbung padi.
Rudy menjelaskan tantangan yang dihadapi dalam menyukseskan Petani Milenial yaitu kurangnya SDM.
Selain itu regulasi yang belum cukup mewadahi pemerintah daerah untum mengambil aksi, serta ketidakcukupan bibit unggul dan teknologi yang mumpuni.
Lebih lanjut ia menyayangkan dengan penerapan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah mengubah kewenangan Pemerintah Daerah hanya sebagai pengawasan bukan pengelola sektor pertanian.
Ia berharap adanya sinergi yang terjalin antara Pemerintah Pusat dan Daerah Kalimantan Timur.
Hal ini dapat menjadi tonggak baru ketahanan pangan regional hingga nasional, yang juga didukung dengan anggaran, teknologi serta kolaborasi.