
Kukar, infosatu.co – Kepala Seksi Pemerintahan Kecamatan Loa Kulu, Muhammad Fadil, menegaskan pentingnya kerja sama lintas kecamatan dalam membangun sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
Hal ini disampaikannya saat menghadiri pelatihan pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) Barokah, Loa Kulu, Rabu, 30 April 2025.
Kegiatan ini merupakan bagian dari dukungan terhadap aksi perubahan one zero waste, program yang diusung Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara guna menciptakan wilayah minim sampah.
Diselenggarakan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kabupaten Kutai Kartanegara, pelatihan tersebut mempertemukan para pengelola TPS3R dari tiga kecamatan, yakni Muara Kaman, Muara Wis, dan Muara Muntai, serta para pejabat teknis lingkungan.
TPS3R Barokah dipilih sebagai lokasi pelatihan bukan tanpa alasan. Tempat ini telah menjadi model ideal pengelolaan sampah di tingkat masyarakat dengan pendekatan holistik yang tidak hanya mengandalkan pengumpulan dan pembuangan, melainkan juga pengolahan limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Dari sistem pemilahan, pembuatan kompos, hingga pengoperasian mesin pres dan metode pembakaran sampah, seluruh proses dilakukan dengan keterlibatan aktif masyarakat sekitar.
Muhammad Fadil, mengapresiasi semangat kolaborasi para peserta. Ia menilai kegiatan ini sebagai langkah awal yang strategis dalam memperkuat sinergi antarwilayah, khususnya dalam menjawab tantangan lingkungan yang makin kompleks.
“Kami sangat menyambut baik kegiatan pelatihan ini. Semoga apa yang didapat di TPS3R Barokah bisa menjadi inspirasi dan diterapkan di masing-masing wilayah, sehingga program one zero waste di Kutai Kartanegara bisa berjalan lebih optimal dan berkelanjutan. Mari kita wujudkan lingkungan yang bersih dan sehat bersama-sama,” ujar Muhammad Fadil.
Muhammad Fadil juga menyoroti perubahan signifikan yang telah dilakukan TPS3R Barokah dalam sistem kerjanya. Dari metode lama yang hanya mengandalkan pola angkut-buang ke TPA, kini TPS3R tersebut bertransformasi menjadi pusat pengelolaan modern dengan efisiensi yang tinggi.
Menurutnya, sistem pemilahan sampah berdasarkan fungsi bukan hanya mempercepat proses daur ulang, tapi juga mampu mengurangi beban sampah ke TPA secara drastis.
Angka-angka yang disampaikan pun mengukuhkan keberhasilan itu. Selama tahun 2024, TPS3R Barokah berhasil mengelola lebih dari 160 ton sampah. Bahkan hanya dalam tiga bulan pertama tahun 2025, volume pengelolaan sudah mendekati angka 80 ton. Fakta ini menunjukkan bahwa pendekatan berbasis masyarakat mampu menghasilkan dampak signifikan dalam waktu yang relatif singkat.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengolahan Sampah dan Limbah Bahan Berbahaya Beracun DLHK Kutai Kartanegara, Irawan mengatakan bahwa persoalan sampah tidak bisa diselesaikan secara sektoral. Ia menekankan bahwa sinergi antara pemerintah, komunitas, dan sektor swasta adalah kunci dari sistem pengelolaan sampah yang efektif dan tahan lama.
“Pengelolaan sampah menjadi tanggung jawab bersama. Lewat pelatihan ini, kita belajar dari TPS3R Barokah sebagai contoh konkret sistem pengelolaan yang efektif dan berkelanjutan. Harapannya, semua wilayah bisa bergerak sejalan dalam mewujudkan Kutai Kartanegara minim sampah,” ungkapnya.
Selain praktik langsung di lapangan, pelatihan ini juga dilengkapi dengan diskusi interaktif. Para peserta saling berbagi tantangan dan mencari solusi bersama, terutama terkait peningkatan partisipasi warga dalam memilah dan mengelola sampah dari rumah.
Ahmad, pengurus TPS3R dari Kecamatan Muara Wis, mengaku mendapatkan wawasan baru dari kegiatan ini.
“Kami jadi tahu bagaimana mengelola TPS3R secara mandiri, sekaligus mengedukasi warga agar aktif memilah sampah dari rumah. Semoga pengalaman ini bisa kami terapkan di Muara Wis,” ujar Ahmad.
Harapan besar pun disematkan pada kegiatan ini. Selain sebagai ajang transfer ilmu dan pengalaman, pelatihan ini diharapkan mampu membangun kesadaran kolektif bahwa persoalan sampah tidak bisa ditangani secara parsial. (Adv)