Samarinda, infosatu.co – Kepala Balai Penjaminan Mutu Pendidikan Kalimantan Timur (BPMP Kaltim) Jarwoko menyatakan bahwa Indonesia akan menghadapi bonus demografi pada tahun 2045.
Untuk menyambutnya, perlu adanya persiapan agar dapat memanfaatkan suatu keadaan yang ditandai dengan meningkatnya penduduk usia produktif, yakni berkisar 16 hingga 65 tahun. Jumlahnya lebih tinggi daripada usia nonproduktif yang diikuti dengan menurunnya angka kelahiran serta kematian.
“Kita segera memasuki era Indonesia Emas, tepat 100 tahun setelah kemerdekaan. Pada tahun 2045, populasi kita akan didominasi oleh usia produktif, dengan 70 persen atau 2/3 penduduk berada dalam usia produktif,” kata Jarwoko pada Lokakarya “Cara Baru untuk Belajar” yang diadakan oleh Google for Education di Hotel Aston Samarinda, Selasa (9/7/2024).
Menjelang berlangsungnya masa itu, ia mengingatkan pentingnya mitigasi secara baik untuk menghindari terjadinya kondisi yang justru dapat membebani negara.
Maka, persiapan yang matang sangat diperlukan dengan mengambil langkah cepat agar Indonesia Emas 2045 dapat direalisasikan.
“Kita harus mempersiapkan dengan baik. Janji bonus demografi bukan sekadar ramalan, tetapi harus diwujudkan. Kita perlu bertindak cepat agar tidak terjadi bencana demografi,” tegasnya.
Salah satu upaya utama yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan ini adalah melalui transformasi pendidikan.
Digitalisasi dalam sistem pembelajaran yang telah diterapkan di banyak negara maju diharapkan dapat diadopsi di Kaltim.
“Kita harus mengintensifkan transformasi pendidikan, salah satunya melalui digitalisasi sekolah dengan melibatkan Google for Education,” ujarnya.
Jarwoko menyampaikan empat parameter utama dalam transformasi pendidikan yang ditekankan oleh Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim.
Pertama, pembelajaran yang berfokus pada peserta didik. Aktivitas pembelajaran harus berpusat pada kepentingan peserta didik. Teknisnya, dengan menyediakan sarana prasarana, metode pendidikan, dan kebijakan yang mendukung pembelajaran personal yang spesifik.
Kedua, ekosistem pembelajaran yang aman dan nyaman. Komunitas belajar harus dikembangkan dalam lingkungan yang aman, nyaman, dan berkualitas. Kehadiran sarana prasarana seperti komputer dan fasilitas bermain dapat mendukung transformasi ini.
“Ketiga, pendidikan harus menciptakan komunitas di mana semua anggotanya suka belajar, berkolaborasi, dan berkontribusi. Setiap individu harus berkontribusi dan tidak bekerja sendiri-sendiri,” sebut Jarwoko.
Keempat, pembelajaran yang berdampak. Belajar harus memberikan dampak nyata bagi kehidupan peserta didik.
Transformasi ini harus memastikan adanya perubahan positif, seperti peningkatan sopan santun dan pemahaman akan toleransi.
“Kita harus memastikan bahwa belajar berdampak bagi peserta didik. Proses belajar adalah bagian dari persiapan kita menyongsong 100 tahun kemerdekaan Indonesia,” katanya.
Dengan transformasi pendidikan yang komprehensif, Indonesia diharapkan dapat meraih hasil positif dari bonus demografi yang akan terjadi pada tahun 2045. Kemudian, menjadikan Indonesia sebagai negara yang lebih kuat dan maju.