Kutai Timur, infosatu.co – Kecamatan paling utara di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) yang berbatasan Berau ini seakan tak pernah ada habisnya berbicara pesona objek daya tarik wisata (ODTW). Seolah kecamatan ini punya rindu layaknya magnet yang terus mengikat.
Ya, Karangan mempunyai segalanya mulai dari jajaran pegunungan Karst Sangkulirang-Mangkalihat salah satunya Goa Mengkuris yang di dalamnya terdapat jejak peninggalan cap tangan manusia purba sejak ribuan tahun lalu, Gunung Beriun yang punya ketinggian 1.261 meter di atas permukan laut (dpl) dengan Sungai Marak yang berwarna merah dan bisa diminum langsung, serta keunikan pemandian air panas bukan berasal dari panasnya belerang.
Mutiara tersembunyi di Karangan masih ada yaitu air terjun (waterfall). Adalah Kembar Siapat Waterfall yang berada di Desa Batu Lepoq, salah satu dari 7 desa di Karangan. Aksesnya terbilang sulit pasalnya harus menggilas jalanan tanah melintasi perkebunan Tanaman Hutan Industri (HTI) kelapa sawit. Direkomendasikan menggunakan jenis kendaraan dobel gardan agar tidak nyangkut karena kondisi medan berlumpur jika hujan turun.

Jika start dari Desa Karangan Dalam salah satu pusat kota di Karangan membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam menuju pintu rimba di Desa Batu Lepoq. Dibutuhkan fisik mumpuni untuk menuju Kembar Siapat Waterfall karena para penikmat alam harus berjalan kaki (trekking) sejauh 8 kilometer pulang pergi. Disarankan menggunakan sepatu khusus outdoor mengingat rute jalan setapak ke arah waterfall didominasi trek jalan becek, belum lagi serangan tanaman duri rotan di kiri kanan yang tumbuh lebat, hingga tajamnya batuan karst yang akan dilalui.
Salah satu penggiat alam asal Samarinda yaitu Adit berkesempatan menjajal sensasi perjalanan menuju Kembar Siapat Waterfall di pertengahan September. Sebelumnya ia sudah pernah mengunjungi waterfall ini pasca mendaki Gunung Beriun dalam misi pendakian merah putih pada Bulan Agustus lalu. Perjalanan menuju akses waterfall memakan waktu selama dua jam. Saat berjalan, banyak ditemukan jejak rusa dan babi hutan karena memang hutannya masih lebat menjadi habitat hewan untuk mencari makan.
“Treknya lumayan menguras tenaga, walaupun datar namun cukup panjang, hanya ada satu tanjakan ketika menemui aliran sungai. Jika bisa jangan berjalan kesorean dan sampai di bibir watarfall saat matahari sudah terbenam. Kita bisa mendirikan tenda untuk ngecamp beristirahat,” ungkapnya.
Ia menceritakan jika waterfall ini punya dua tingkatan yang bisa dinikmati layaknya dari tribun penonton di stadion sepak bola. Untuk di tingkat bawah ada dua waterfall masing-masing berada di kiri dan kanan hanya berjarak sekitar 30 meter. Untuk ketinggiannya sekitar 25 meter. Sementara itu, untuk di tingkat atas bagi penggemar fotografi layak dijadikan spot cantik memotret aliran waterfall dengan teknik slow speed.
“Di sini lah eksotis Kembar Siapat Waterfall, kita bisa bisa menikmati segarnya air pegunungan karst dengan bermain dan berendam bahkan melompat dari ketinggian sekitar 5 meter. Lokasi ini tidak berbahaya untuk terjun ke dalam air, namun tetap disarankan untuk menjaga keamanan harus bisa berenang,” bebernya.

Senada, Ali dari Komunitas Pecinta Alam (KPA ) Sangatta Backpacker turut menuturkan testimoni terkait Kembar Siapat Waterfall yang menurutnya tidak kalah mentereng dengan Tumpak Sewu Waterfall yang pernah ia datangi. Wisata andalan di Kabupaten Lumajang itu memang sudah mendunia karena punya keaslian alam yang memang megah dan dimiripkan Niagara Waterfall di Negara Bagian Amerika Serikat Provinsi Kanada Ontario.
“Sensasinya hampir sama dengan Tumpak Sewu. Punya dentuman keras air yang turun dari ketinggian membuat siapa saja yang menikmatinya dari dekat berdecak kagum. Airnya pun jernih dan masih alami. Destinasi ini tentunya harus digaungkan agar kelak ke depan menjadi wisata top unggulan Kutim bahkan di Kaltim,” ujar anggota DPC Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kutim tersebut.
Sebelumnya, Kepala Desa Batu Lepoq Jumah menginformasikan jika pemerintahan desanya tengah mempersiapkan jalur masuk yang mudah menuju Kembar Siapat Waterfall, selanjutnya akan membangun beberapa cottage di sekitar waterfall tersebut, sehingga akan mempermudah traveler yang ingin menginap.
“Kami akan gunakan dana desa (DD). Selain penggunaan DD, pihaknya juga sudah melakukan koordinasi dengan perusahan di sekitar wilayahnya. Salah satunya yakni untuk mendukung akses jalan yang kini masih kurang baik dengan bantuan dana CSR perusahaan,” paparnya.
Ia pun akan berkomitmen dalam mengelola potensi waterfall ini dengan bahu-membahu memperkenalkan destinasi wisata yang ada di daerahnya bersama para pemuda karang taruna setempat, pihak pemerintahan desa bersinergi dengan Pemkab Kutim melalui Dinas Pariwisata dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).
“Pelaku kepariwisataan yang memiliki kepedulian dan tanggung jawab serta berperan sebagai penggerak dalam mendukung terciptanya iklim kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya pariwisataan daerahnya yang akhirnya bisa meningkatkan pembangunan daerah melalui kepariwisataan dan manfaatnya bagi kesejahteraan masyarakat sekitar,” tuturnya. (Editor: Achmad)