Samarinda, infosatu.co – Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA) di Samarinda mengikuti pelatihan teknis pengelolaan Dapur Sehat Atasi Stunting (DAHSAT) tahun 2025 yang digelar oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Samarinda.

Kegiatan yang diselenggarakan pada Rabu, 21 Mei 2025 di DPPKB Kota Samarinda ini merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam menekan angka stunting melalui pemberdayaan masyarakat.
DAHSAT sendiri adalah program nasional BKKBN yang mendorong pemanfaatan dapur sehat berbasis komunitas untuk menyiapkan makanan bergizi bagi anak dan keluarga.
Dalam kegiatan ini, para peserta yang berasal dari Kecamatan Samarinda Kota, Samarinda Ilir serta Sambutan diberi pemahaman mengenai stunting dan cara pencegahannya, salah satunya melalui pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) lokal yang tepat dan bergizi.
Ahli Gizi dari Puskesmas UPTD Sambutan, Mohammad Syafrin, yang menjadi narasumber dalam pelatihan tersebut, menekankan bahwa stunting bukan hanya soal tinggi badan anak yang lebih pendek dari rata-rata.
Lebih dari itu, stunting berdampak serius terhadap perkembangan otak anak dan tingkat kecerdasannya.
“Perkembangan otak itu terjadi 70 persen di usia 0–2 tahun. Kalau di masa itu anak mengalami stunting, dampaknya bisa permanen. Sel-sel otaknya tidak berkembang maksimal, dan itu tidak bisa diperbaiki,” ujar Syafrin.
Ia menjelaskan, sisa perkembangan otak terjadi 20 persen di usia 2–5 tahun, dan hanya 10 persen setelah itu.
Karena itu, masa emas atau golden age menjadi waktu krusial untuk memastikan anak mendapatkan asupan gizi yang cukup dan seimbang.
Syafrin juga menyampaikan bahwa pencegahan stunting tidak dimulai dari anak saja, tapi juga dari calon ibu.
“Bisa jadi remaja putri yang malnutrisi lalu hamil di usia muda berisiko melahirkan bayi dengan gangguan gizi. Pernikahan dini juga berisiko tinggi karena tubuh belum siap secara medis,” ungkapnya.
Dalam pelatihan ini, peserta juga dikenalkan dengan berbagai resep MPASI lokal yang disesuaikan dengan usia anak, tekstur, porsi, frekuensi makan, serta nilai gizinya.
Prinsip penyusunan menu mengikuti pendekatan Nilai Gizi Dasar (NGD), namun tetap memanfaatkan bahan pangan lokal yang mudah dijangkau.
Program DAHSAT ini sejalan dengan arahan pemerintah pusat, termasuk kunjungan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ke Samarinda beberapa waktu lalu, yang menekankan pentingnya sinergi lintas sektor dalam penanganan stunting.
“Kalau kita abaikan stunting hari ini, kita kehilangan kualitas generasi di masa depan. Bukan cuma di tingkat nasional, tapi juga dalam daya saing global,” tegas Syafrin.