infosatu.co
EKONOMIKUKAR

Tanah Muhuran Yang Subur, Petani Ingin Kesejahteraan Ditingkatkan

Penulis : Fairus – Editor : Putri

Kutai Kartanegara, infosatu.co – Orang bilang tanah kita, tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman, mungkin ungkapan itulah yang dirasakan para petani di Desa Muhuran, Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara.

Tanah Muhuran yang sangat subur, menurut salah satu petani yang sudah 40-an tahunan lebih bertani di Desa Muhuran, Azis (57). Pria paruh baya yang menghabiskan hampir separuh hidupnya bertani di Muhuran ini, mengaku bahwa ketersediaan infrastruktur baik dari dana desa, atau pun bantuan Pemkab Kukar dirasa sangat membantu

“Pembangunan jalan kayu untuk akses kepersawahan juga sangat membantu, hanya saja keluhan datang ketika saat persemaian. Ketika banjir, tanah persawahan terbantu untuk pengairan dalam proses penanaman bibit, sebelum air menyusut drastis yang mengakibatkan keong atau rumput yang mengganggu proses penanaman,”ucpanya

Selain,itu, kita harus pintar-pintar, sawah ketika dialiri air bekas banjir, disitu kita mengukur airnya. Setengah bulan air surut, tanah akan kering kembali. Sedangkan persemaian kita nyemai paling cepat 15 hari baru bisa ditanam, disitu harus kita menghitung untuk menanam, “jelasnya.

Dilema juga dirasakan para petani, karena pada proses penanaman, ketika menanam saat sawah teraliri air ada hama keong yang mengganggu, saat sawah kering rumput liar tumbuh diareal sawah yang akan ditanam padi. Memang ada racun untuk keong dan rumput untuk menangkalnya, hanya harga racun tersebut dirasa cukup mahal oleh petani lainnya.

“Betul ada racun keong dan rumput, tapi biaya lagi yang harus kami keluarkan. Pemerintah kalau mau membantu petani, ya tidak usah gratis lah, ketika musim hama keong atau rumput, perlunya disini racunnya. Di toko biasanya 70 ribu satu botol, bisa lah dijual 30 ribu atau 45 ribu,sisanya pemerintah yang mensubsidi, “ucapnya.

Ditanya soal harga padi dari para petani di Muhuran,Azis menilai harga padi cukup murah, dari tahun ke tahun saat musim panen berkisar antara Rp. 4000 hingga Rp. 5000 perkilo nya. Kondisi ini juga diakuinya sudah berlangsung bertahun-tahun saat musim panen. Murahnya harga padi ini, tak diimbangi dengan harga racun keong dan rumput yang dikeluhkannya.

“Baru saja ada dari Kota Bangun yang mau membeli padi. Bentar dia menawar Rp.4000, naik Rp.4500 ribu, naik lagi Rp.5000 mentoknya, umum harganya Rp. 5000. tidak pernah Rp. 6000.
itu sudah berlangsung dari tahun berapa, tiap musim panen,”tandasnya.

Pak Azis selain menanam padi disawah dirinya juga mencari ikan saat musim banjir di Desa Muhuran tiba. Keluhan-keluhan petani dan nelayan saat ini selain harga racun untuk petani, juga harga bahan pokok dan kebutuhan sehari-hari cenderung meningkat, akibatnya petani dan nelayan Muhuran tidak bisa mengimbangi perubahan ini, sedangkan perhatian pemerintah untuk kesejahteraan petani sangat dibutuhkan di desa-desa, termasuk Desa Muhuran.

“Kalau racun harga tahun ini, Rp. 70.000 tahun kemarin Rp. 68.000. Makin tahun semakin naik, sedangkan harga padi tak naik-naik, tidak bisa mengimbangi. Sama dengan ikan, saya mencari ikan sepat siam, kalau kita dapat harganya jika dijual hidup Rp. 4000, mulai tahun berapa itu, sampai sekarang. Sedangkan harga barang, sabun mandi dan lain lain naik,”bebernya

Saat ini dirinya sangat berharap, kesejahteraan untuk para petani di desa-desa. Perhatian pemerintah betul-betul sangat diharapkan, di setiap desa di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang notabene jauh dari khalayak ramai dan perkotaan,”mintanya

Related posts

Pertamina EP Sangasanga Dukung Ketahanan Pangan Lewat Green House Hidroponik

Adi Rizki Ramadhan

PHSS, Penting Perlindungan Obvitnas untuk Ketahanan Energi Nasional

Martinus

Warga Bersama PEP Sangasanga Normalisasi Drainase 184 Meter Cegah Genangan

Adi Rizki Ramadhan

You cannot copy content of this page