Penulis : Lydia – Editor : Putri
Samarinda, infosatu.co – Ajang silahturahmi Aliansi Kung Fu Tradisional Indonesia, dalam Festival Olahraga Rekreasi Masyarakat Nasional (Fornas) ke V Kaltim, berlangsung hari ini di Gedung Dojang Taekwondo Folder Air Hitam, Samarinda, Minggu (17/11/2019). Dibalut dengan pertandingan Kung Fu, dimana pesertanya berasal dari 13 daerah.
Suka duka atlet Kung Fu Kaltim dalam meramaikan Festival Olahraga Rekreasi Masyarakat Nasional (Fornas) V pun sangat banyak.
Hal ini disampaikan oleh Manager Formi Kaltim, Sandy Susanthy.
“Kita latihannya sudah 2 bulan setengah, jadi anak-anak dimasukkan ke grup nya masing-masing sesuai kemampuan mereka. Kita mendapatkan dukungan dari Balikpapan, Kukar, dan ada dari Surabaya. Untuk perguruan kita dari Balikpapan, Penajam dan Tarakan,” ungkapnya.
Untuk atlet yang WO tadi (trouble), pada saat tampil, ia mengaku hal itu karena yang dari anaknya tidak hafal dan tidak menguasai, makanya dia keluar dari arena
“Dia merasa down makanya keluar,” katanya.
Ia mengaku, untuk selanjutnya, timnya akan mensortir yang benar-benar berpotensi.
“Kita akan lebih ketat lagi untuk event selanjutnya, yang benar-benar serius untuk maju. Karena hampir semua atlet yang kita punya, kebanyakan masih pemula pada saat harus tampil di Fornas ini. Jadi ada yang gugup dan grogi segala macam,” tuturnya.
Ia mengaku, ada 22 atlit di bawah naungan dirinya.
“Untuk formasi yang akan datang di tahun depan tentunya akan berbeda. Biasanya kalau seperti ini kan ada poin tertentu, ada poin tambahan, nah itu akan diprioritaskan. Dan nanti ditanyain ada dananya nggak untuk ke sana, agar tidak memberatkan perguruan khususnya perguruan Black Dragon Fighter,” jelasnya.
Pelatih Aliansi Kungfu Tradisional Kaltim, sekaligus Juri Akti, Antung Kadir menyampaikan hal yang sama.
“Kita sangat bersyukur sebagai tuan rumah bisa melaksanakan dengan sukses, mesti awal banyak hambatan namun dengan kerjasama AKTI, itu semua bisa teratasi. Dari kawan-kawan semua saling bekerjasama, saling bergotong-royong, sehingga terlaksana dengan baik,” lanjutnya.
Masalah penjurian meskipun dirinya seorang pelatih, ia mengaku penjurian tetap secara profesional dilakukan.
“Namanya juga Kung Fu tradisional, seninya yang kita nilai, dan power. Artinya bukan sekadar jurus, ekspresi dan segala macam, tapi bisa digunakan dalam keseharian untuk beladiri,”ucapnya
Lebih jauh, jadi sebagai seorang pelatih, bagaimana dia menciptakan jurus tapi bisa digunakan untuk pertahanan diri itu perbedaannya AKTi dari yang lain