Samarinda, infosatu.co – Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Rudy Mas’ud, menekankan pentingnya percepatan pengembangan kedokteran nuklir dan teranostik molekuler sebagai jawaban atas meningkatnya penyakit tidak menular di Indonesia, khususnya di Kaltim.
Menurutnya, teknologi medis presisi ini bukan sekadar inovasi, melainkan kebutuhan mendesak demi menyiapkan generasi emas 2045.
Hal itu disampaikan Rudy saat membuka Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Kedokteran Nuklir dan Teranostik Molekuler XXVII di Ballroom Mercure Hotel Samarinda, Jumat, 5 September 2025.
“Kanker, jantung, stroke, hingga diabetes adalah ancaman nyata yang terus meningkat. Kedokteran nuklir hadir sebagai solusi presisi yang harus kita siapkan sekarang, bukan nanti,” tegas Rudy.
Rudy mencontohkan, sejak 2018 RSUD Abdul Wahab Sjahranie (AWS) Samarinda telah menangani lebih dari 8.000 prosedur kedokteran nuklir.
Layanan itu meliputi terapi kanker tiroid hingga pemeriksaan jantung koroner. Bahkan pasien datang dari berbagai wilayah, mulai dari Kalimantan, Sulawesi, Papua, hingga Sumatra.
“Artinya, Kaltim punya potensi besar menjadi pusat layanan kedokteran nuklir di kawasan timur Indonesia,” ucapnya.
Rudy mengingatkan, laporan Dinas Kesehatan Kaltim tahun 2024 mencatat peningkatan kasus kanker tiroid, payudara, dan serviks dalam tiga tahun terakhir.
Sementara itu, penyakit jantung, stroke, diabetes, dan TBC masih menjadi masalah serius yang membebani sistem kesehatan.
“Pembangunan tidak boleh hanya bicara soal jalan, jembatan, atau ekonomi. Kalau kesehatan masyarakat diabaikan, maka pembangunan itu tidak membawa keberkahan,” ujar Rudy.
Lebih jauh, Rudy menyebut kehadiran Ibu Kota Nusantara (IKN) membuka peluang besar untuk menyiapkan tenaga medis berkualitas dan infrastruktur kesehatan modern.
“Kalau IKN sudah berjalan, akan datang banyak saudara dari berbagai daerah bahkan luar negeri. Maka tenaga kesehatan, fasilitas, dan inovasi harus siap menyambut itu,” katanya.
Pertemuan ilmiah ini juga menghadirkan pakar dari berbagai negara.
Antara lain Australia, Belanda, Jepang, Inggris, Taiwan, Singapura, Thailand, dan India.
Dari dalam negeri, hadir ahli dari RS Hasan Sadikin Bandung dan rumah sakit rujukan nasional lainnya.
“Kehadiran mereka membuktikan perhatian dunia terhadap pengembangan kedokteran nuklir di Kaltim. Ini kesempatan emas untuk memperkuat riset, inovasi, dan kerja sama internasional,” jelas Rudy.
Rudy menutup sambutannya dengan ajakan agar forum ini menghasilkan langkah nyata.
Menurutnya, generasi emas hanya bisa terwujud bila bangsa Indonesia memiliki masyarakat sehat, cerdas, dan berdaya saing.
“Untuk menuju generasi emas 2045, modal utama kita adalah kesehatan. Masyarakat yang sehat jasmani dan rohani akan melahirkan bangsa yang kuat dan mampu bersaing secara global,” pungkasnya.