Makkah – Sekitar 30 persen atau sekitar 66 ribu jamaah haji Indonesia merupakan lansia, yaitu peserta haji usia lanjut. Peserta haji usia lanjut seringkali berisiko mengalami demensia, yaitu penurunan kemampuan berpikir dan ingatan yang umum terjadi pada lansia.
Memberikan Stimulasi Kognitif
Penanganan jamaah haji yang mengalami demensia adalah memberikan stimulasi kognitif, yaitu dengan mengajak jamaah haji bercerita dan bersosialisasi.
“Maka sangat dibutuhkan dukungan dari keluarga atau teman-teman sekamarnya untuk bersosialisasi,” kata Edi, Selasa (6/6/2023).
Edi menyampaikan, jamaah haji yang mengalami demensia sebaiknya ditangani dahulu demensianya. Jika sudah tertangani dan pulih, bisa beraktivitas kembali termasuk melakukan sholat di Masjidil Haram.
Pendamping Jamaah Haji Lansia
Dia mengingatkan, tentunya bagi jamaah haji lansia untuk sholat di Masjidil Haram membutuhkan pendamping, baik ketua regu maupun kepala rombongan. Bisa juga di dampingi teman-temannya.
“Tentunya karena demensia itu terjadi pada jamaah haji lansia maka jika aktivitas ibadahnya memerlukan kursi roda diharapkan menggunakan kursi roda dalam aktivitas ibadah di Masjidil Haram,” ujar Edi.
Edi menegaskan, intinya harus ada pendamping yang mendampingi jamaah haji lansia yang rawan demensia dalam setiap aktivitasnya.
Strategi Body System
Sebelumnya, Edi mengatakan bahwa jamaah haji lansia perlu dampingan. Di dalam kloter terterapkan strategi body system, artinya dalam satu kamar yang terdapat jamaah haji lansia yang jamaah haji tidak lansia dampingi. Jadi sesama jamaah haji saling membantu.
“Kalau ingin melakukan aktivitas ibadah, itu (jamaah haji lansia) betul-betul didampingi, kalau perlu didampingi dalam melakukan ibadah gunakan kursi roda dan lain-lain dan terus didampingi sampai selesai ibadahnya,” ujar Edi.
Edi menambahkan, jika jamaah haji lansia memiliki komorbid, tetap minum obat yang rutin diminum sejak dari Indonesia. Ini untuk membantu agar penyakitnya tidak kambuh saat berada di Makkah.