Samarinda, infosatu.co – Dalam upaya memperkuat literasi dan melestarikan sejarah lokal, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Samarinda resmi merilis buku “Samarinda dalam Tiga Masa”.
Kegiatan ini merupakan bentuk komitmen Pemerintah Kota Samarinda dalam memperkuat budaya literasi, melestarikan sejarah lokal, serta mendorong generasi muda untuk mengambil peran dalam mendokumentasikan identitas kota melalui tulisan.
Pelaksana Tugas (Plt) Asisten I sekretariat Daerah Kota Samarinda, Asli Nuryadin, dalam sambutannya menekankan pentingnya menjaga dan mengangkat kearifan lokal Samarinda.
Ia menyebut budaya lokal perlu dikemas dan di-branding secara baik agar lebih dikenal luas, sebagaimana negara lain mempromosikan budaya dan karya kreatifnya.
“Buku ini bukan hanya catatan masa lalu, tetapi juga refleksi wajah kita hari ini dan gambaran masa depan. Literasi seperti inilah yang harus terus kita hidupkan,” ujarnya dalam sambutan di Aula Dispursip, Senin, 17 November 2025.
Editor sekaligus mentor penulisan, Noval Leany, menjelaskan bahwa proses penyusunan buku dimulai dari riset sederhana yang dilakukan oleh 22 penulis muda.
“Mereka menelusuri kota, merenungkan dinamika yang terjadi, lalu menuangkannya dalam tulisan,” katanya.
Menurutnya, keunikan buku ini terletak pada sudut pandang generasi muda yang melihat kembali kota kelahirannya dan berusaha menangkap karakter kota melalui pengalaman pribadi.
“Pembaca akan menemukan sisi sosial dan budaya Kota Samarinda yang ditulis langsung oleh anak-anak muda,” katanya.
Salah satu peserta menulis, Irfan, mengaku tidak menyangka proses belajar menulis tersebut berujung pada peluncuran sebuah buku.
“Awalnya saya kira ini hanya kelas menulis biasa. Ternyata sampai pada tahap peluncuran buku. Bagi saya ini sangat bermanfaat karena saya tertarik dengan dunia kepenulisan, tetapi belum memiliki mentor dan belum cukup banyak ilmu,” ucapnya.
Peserta lainnya, Nur Alika, menyampaikan apresiasinya karena telah diberi ruang untuk berpendapat dan berkarya.
Ia berharap buku tersebut dapat menjadi pengingat sekaligus inspirasi bagi generasi muda Samarinda.
“Wawasan saya tentang kepenulisan dan tentang Kota Samarinda semakin bertambah. Proses ini penuh tantangan dan membutuhkan keberanian. Semoga anak-anak muda terus berkembang dan mencintai kota kelahirannya. Jika seluruh anak muda berani bersuara tentang kotanya, maka kisah itu akan membentuk identitas bangsa,” ujarnya.
Peluncuran buku ini menjadi langkah nyata untuk menumbuhkan kembali semangat literasi dan kecintaan generasi muda terhadap kota mereka sendiri, sebagai sebuah upaya sederhana yang kelak dapat menjadi jejak penting dalam membentuk identitas Samarinda di masa depan.
