
Samarinda, infosatu.co – Kalimantan Timur (Kaltim) masih menghadapi masalah serius dalam hal pelayanan kesehatan.
Keberadaan tenaga medis, terutama dokter yang masih mengalami kekurangan berdampak langsung pada terbatasnya akses layanan.
Kondisi ini seperti yang disampaikan warga Kelurahan Rapak Dalam, Kecamatan Loa Janan Ilir, Kota Samarinda saat reses oleh anggota DPRD Kaltim Andi Satya Adi Saputra pada Rabu (6/11/2024).
Minimnya jumlah dokter yang tersedia mengakibatkan sulitnya akses terhadap layanan kesehatan yang memadai. Andi Satya yang mendengar langsung keluhan masyarakat mengakui bahwa kebutuhan dokter di Kaltim sangat tinggi.
Berdasarkan standar lembaga kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO), idealnya satu dokter melayani 1.000 orang.
Namun, Kaltim dengan populasi sekitar 4 juta jiwa seharusnya memiliki setidaknya 4.000 dokter. Saat ini, Kaltim hanya memiliki sekitar 2.000 dokter, sehingga masih terdapat kekurangan hampir 50 persen dari kebutuhan ideal.
Andi menambahkan bahwa masalah ini sebenarnya tidak begitu terasa di wilayah perkotaan, tetapi distribusi dokter yang belum merata ke daerah terpencil menjadi tantangan utama.
Menurutnya, untuk menarik minat dokter agar bersedia bekerja di wilayah terpencil, pemerintah perlu memberikan jaminan kesejahteraan yang memadai.
“Apakah kesejahteraan mereka terjamin di sana? Akses, suasana kerja, dan fasilitas pendukung harus dipenuhi agar dokter merasa nyaman dan mau bertahan,” ujarnya.
Andi juga menyarankan pemberian insentif khusus bagi dokter yang bersedia mengabdi di daerah terpencil. Ia mencontohkan keberhasilan kebijakan di Bontang saat dipimpin oleh Neni Moerniaeni yang berhasil menarik banyak dokter dengan pemberian insentif.
“Dengan adanya insentif, saat itu banyak dokter yang tertarik dan akhirnya berbondong-bondong ke Bontang,” ungkapnya.
Andi berharap, langkah serupa dapat diterapkan di Kaltim sehingga masyarakat di wilayah terpencil juga dapat menikmati layanan kesehatan yang layak.