Cilacap, infosatu.co – Desa Grugu merupakan Desa yang berada di wilayah Kecamatan Kawunganten. Masyarakat di desa ini selain sebagai petani mereka juga sebagai pembudidaya bonsai panggang.

Dari hasil budidaya tersebut, taraf kehidupan ekonomi masyarakatnya pun terangkat. Terbukti dari sebagian bentuk rumah dan ada garasi dengan terparkir kendaraan roda empat di dalamnya.
Hal ini dibenarkan oleh Kepala Desa Grugu Anwar Supriyanto yang mengatakan mayoritas warganya melakukan budidaya bonsai panggang.
“Awalnya pohon panggang merupakan tanaman liar yang tumbuh di hampir semua pekarangan warga. Namun dengan kreativitas warga kami, pohon panggang tersebut dipotong sedemikian rupa sesuai jiwa seni yang dimiliki oleh masing-masing warga,” ucap Supriyanto.
Selanjutnya yang dibutuhkan sebenarnya hanya batang pohon dan akarnya dari pohon panggang tersebut

“Setelah dibentuk, daunnya diganti menggunakan daun dolar, mikro, legend atau konfakta dengan cara okulasi,” jelasnya.
Sementara itu, salah seorang pembudidaya bonsai panggang Muhibun kepada infosatu.co menceriterakan awal proses budidaya bonsai panggang hingga terjual.
“Prosesnya lumayan ribet soalnya kita harus cari bahannya (pohon panggang yang bagus), setelah menemukan pohon panggang tersebut harus dicabut, memangkas bagian batang yang tidak diperlukan, termasuk semua daunnya juga dipangkas,” urai Muhibun.
Proses selanjutnya, bahan tersebut di diamkan kurang lebih selama 15 hari hingga muncul tunas baru. Kemudian dilakukan proses okulasi dengan daun legend, dolar, mikro dan konfakta.
“Sampai hasil dari okulasi tersebut menyatu dengan batang panggang, selanjutnya dilakukan perawatan rutin seperti penyiraman supaya panggang yang diokulasi tidak mati,” bebernya.
Untuk pembudidaya bonsai panggang lainnya yakni Agus mengutarakan jika dirinya merasa terbantu ekonomi keluarganya sebagai pembudidaya panggang bonsai.
“Mulai tahun 2009 saya membuat bonsai panggang dan alhamdulilah kondisi kehidupan ekonomi masyarakat Desa Grugu terangkat dengan usaha budidaya bonsai panggang termasuk saya. Pada intinya, harga panggang bonsai dilihat dari seni dan karakternya,” ungkapnya.
Baik Muhibun maupun Agus bisa mendapatkan omset Rp 20-30 juta rupiah per bulan dari usaha bonsai panggang ini. Keduanya juga sependapat dalam pandemi saat ini penjualan panggang miliknya mengalami penurunan, para pengepul di kota besar juga sepi pesanan.
Sedangkan untuk pengirimannya hampir semua kota besar di Pulau Jawa bahkan pengiriman tersebut juga sudah tembus Sulawesi, Papua, Kalimantan, Maluku, Lampung dan lainnya.
Muhibun, Agus dan warga Grugu lainnya berharap ke depan semakin sukses, juga mereka menginginkan adanya perhatian dari pemerintah dan tentunya pandemi segera berakhir supaya penjualan bonsai panggang tersebut kembali normal. (editor: irfan)