Samarinda, infosatu.co – Tidak setiap perjalanan dimulai dengan peta dan tujuan wisata. Sebagian berawal dari panggilan hati dorongan untuk menemukan makna di balik hiruk pikuk kehidupan yang serba cepat.
Itulah yang dirasakan oleh enam orang dari Media Sukri Indonesia (MSI) Group, yakni Mohammad Sukri, Sucilawati, Nur Azizah, Siti Aminah, Ira Nur Ajijah dan Adi Rizki, saya sendiri sebagai penulis, ketika memutuskan untuk menempuh perjalanan panjang dari Samarinda, Kalimantan Timur, menuju Tanah Jawa.
Perjalanan ini bukan sekadar pelesir atau liputan kerja, melainkan ziarah spiritual ke dua makam, Sunan Ampel di Surabaya dan KH. Abdul Hamid di Pasuruan, dua tokoh besar penyebar dan penjaga ajaran Islam di tanah Jawa.
“Biasanya kami melakukan perjalanan berbasis liputan atau wisata sejarah. Kali ini, kami ingin belajar langsung dari nilai perjuangan para wali tentang kesabaran, ketulusan, dan kebijaksanaan,” ujar CEO MSI Group, Mohammad Sukri, sebelum berangkat.
Dari Samarinda ke Balikpapan: Memulai Langkah di Bumi Etam
Kami berangkat dari Samarinda, Selasa, 14 Oktober 2025 sore, menuju Balikpapan melewati jalur Tol Balsam (Balikpapan–Samarinda) sepanjang 99,35 kilometer. Dengan perjalanan tempuh sekitar dua jam.
Tol Balsam sendiri menjadi kebanggaan Kalimantan Timur, karena merupakan tol pertama di Kalimantan yang memangkas waktu tempuh dua kota utama ini hingga separuhnya simbol konektivitas yang memperkuat poros ekonomi dan sosial Benua Etam.
Setibanya di Balikpapan pukul 18.00 WITA, kami singgah sejenak di kawasan pelabuhan Semayang untuk persiapan keberangkatan menuju Pulau Jawa keesokan harinya.
Menyeberangi Laut Jawa: 31 Jam di Atas Kapal
Keberangkatan kami dijadwalkan pukul 06.00 WITA. Kami akan menempuh jarak sekitar 450 mil laut atau sekitar 720 kilometer menuju Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.
Perjalanan laut diperkirakan memakan waktu 31 jam, dengan kapal melintasi Selat Makassar dan Laut Jawa – jalur perdagangan kuno yang sejak abad ke-14 telah menjadi nadi koneksi antara kerajaan-kerajaan di Kalimantan dan Jawa.
Ziarah ke 2 Makam Tokoh Islam di Jawa: Sunan Ampel dan KH. Abdul Hamid.
Kami direncanakan tiba di Pelabuhan Tanjung Perak, Rabu pukul 13.00 WIB siang. Kami akan langsung menuju Kawasan Religi Sunan Ampel di Semampir, salah satu situs paling bersejarah di Jawa Timur.
Kompleks makam tersebut dibangun sekitar tahun 1421 M oleh Raden Rahmat atau Sunan Ampel, ulama besar penyebar Islam dari Walisongo.
Di kompleks tersebut, terkenal aroma spiritual bercampur sejarah terasa kental dari menara masjid tua, batu nisan beraksara Arab, hingga suasana khusyuk para peziarah yang datang dari berbagai penjuru negeri.
Usai dari Surabaya, kami akan bertolak ke Pasuruan, sekitar 65 kilometer ke arah selatan. Makam KH. Abdul Hamid, ulama besar yang dihormati karena ketawadhuan dan ilmunya yang mendalam akan menjadi tujuan kami selanjutnya.
KH. Abdul Hamid dikenal sebagai sosok kharismatik yang menjadi panutan umat Islam di Jawa Timur.
Makamnya di Pasuruan kini menjadi salah satu situs religi yang ramai diziarahi masyarakat dari berbagai daerah, terutama menjelang bulan Maulid dan Ramadan.
“Kami akan kesana bukan hanya untuk berdoa, tetapi juga mengambil hikmah dari kehidupan beliau. Sosok KH. Abdul Hamid mengajarkan pentingnya kesederhanaan dan pelayanan tulus kepada masyarakat,” tutur Sukri.
Masih di Pasuruan, selepas itu rombongan MSI Group akan meluangkan waktu untuk menghadiri perayaan ulang tahun salah satu wartawan Natmed.Id, Sahal, yang kini menjadi bagian keluarga besar Natmed media di bawah naungan MSI Group.
Perjalanan kemudian dilanjutkan ke Malang, kota sejuk di kaki Gunung Arjuno.
Kami akan bermalam di sana sebelum berangkat ke Gunung Bromo keesokan harinya, untuk menikmati panorama matahari terbit di ketinggian 2.329 meter simbol harapan baru setelah perjalanan spiritual yang panjang.
Keesokan paginya, kami berencana berangkat menuju Gunung Bromo, destinasi wisata andalan Jawa Timur yang terletak sekitar 40 kilometer dari pusat kota.
Akhir Perjalanan: Menyapa Tanah Budaya Yogyakarta
Usai menikmati pesona Bromo, rombongan akan melanjutkan perjalanan menuju Yogyakarta, menempuh jarak sekitar 380 kilometer dengan estimasi waktu tempuh 5-6 jam.
Kota budaya dan pendidikan itu nantinya akan menjadi penutup perjalanan panjang MSI Group di Pulau Jawa tempat di mana tradisi, pengetahuan dan spiritualitas bertemu.
“Kami ingin perjalanan ini menjadi refleksi diri. Dalam dunia media yang serba cepat, kita perlu jeda untuk kembali ke akar menyerap nilai, dan memaknai ulang makna keberkahan,” pungkas Sukri.